"Kalian teman- teman pasien Sekar?" tanya dokter itu.
"Ya, Dokter. Orang tua sekar belum dating. Mereka masih dalam perjalanan," ujarku dengan cemas," Ada apa, Dok?"
"Pasien banyak mengeluarkan darah akibat benturan yang sangat keras di kepalanya. Kami sudah berusaha semampu kami. Maaf, teman kalian tidak dapat tertolong," ujar Dokter menjelaskan dengan sangat hati -- hati.
"Maksud Dokter Sekar sudah tiada?" tanyaku meyakinkan diri. Dokter hanya menganggukan kepala sambil memegang bahuku. Aku mendengar teriakan Zidan, dan tangisan teman- teman yang lain. Sementara aku diam. Bibirku kelu tak tahu harus berkata apa-apa lagi. Bagaimana menyampaikan hal ini kepada keluarga Sekar nanti. Tiba- tiba kepalaku berkunang- kunag. Pandanganku kabur dan tubuhku limbung lalu jatuh, tak inga tapa- apa lagi.
Cibadak 20 Juli 2023
Cerpen karya Nina Sulistiati. Seorang guru Bahasa Indonesia yang gemar belajar menulis. Ig. nlistia  , tiktok nina sulistiati fb : https://www.facebook.com/ninasutitiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H