"Menurut teman- temannya, Â gadis ini terpental ke jalan saat mengendarai motor, Dok. Kepalanya terbentur aspal dan banyak mengeluarkan darah," jelas suster itu.
"Sudah berapa lama dia pingsan?" kembali dokter itu bertanya.
"Satengah jam yang lalu menurut keterangan mereka," papar Suster lagi.
Kemudian dokter itu meminta keluarga Sekar untuk menemuinya. Aku mengatakan jika keluarga Sekar berada di luar kota. Sebagai anak rantau, Sekar hanya dekat dengan kami, sahabat-sahabatnya. Akhirnya Suster itu mengajakku untuk menemui dokter.
"Begini Dik, kami akan melakukan tindakan selanjutnya. Cedera pasien tidak terlihat dan harus melakukan CTScan. Tindakan itu untuk mengetahui cedera yang dialami pasien ringan, sedang atau berat. Kami khawatir ada luka dalam bagian otak yang tentunya akan membahayakan jiwa apalagi temanmu mengeluarkan darah saat terjatuh dan langsung pingsan," jelas dokter panjang lebar.
"Lakukan yang terbaik untuk teman saya, Dok. Saya mohon selamatkan dia. Saya sedang menghubungi orang tua Sekar. Kini mereka sedang dalam perjalanan dari Cirebon," pintaku memberanikan diri.
Setelah itu, aku kembali ke tempat teman- teman berada.
"Ini gara- gara Sekar tidak mau mendengarkan nasihatku," ujar Bayu sambil menatapku.
"Maksudmu ...?" tanyaku sambil memandang Bayu tak mengerti.
"Kita tadi berada di kebun teh, kan. Nah ... aku melihat Sekar sedang berfoto ria bertiga bareng Zidan dan Dika. Aku sudah larang mereka berfoto bertiga karena pamali." Bayu menjelaskan dengan memandangku serius.
"Maksudmu ...? Aku tidak paham?" Aku memandang Bayu seraya menuntut penjelasan.