Saya bangga menjadi warga Cirebon. Selain sebagai tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, kota Cirebon memiliki sejarah yang sangat menarik dan penting untuk diketahui. Kota yang memiliki sejarah khususnya tentang penyebaran agama Islam di tanah Jawa oleh para wali.
Secara geografis, Cirebon terletak di sebelah utara pantai pulau Jawa. Sebagian besar kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah. Cirebon berada di jalur pantura (pantai utara) Hal ini menyebabkan penduduk kota Cirebon banyak yang bekerja sebagai nelayan.
 Cirebon sendiri memiliki sejarah yang menarik. Cirebon terkenal sebagai kota udang atau juga kota wali. Penamaan itu pastinya memiliki alasan berdasarkan sejarah berdirinya Cirebon sendiri.
Manuskrip Purwaka Caruban Nagari menjelaskan bahwa pada abad 15 di pantai laut Jawa terdapatlah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Saat itu sudah banyak kapal asing yang singgah untuk berniaga. Oleh penguasa kerajaan Galuh ditunjuk Ki Gede Alang-alang sebagai pengurus pelabuhan. Ki Gede Alang-Alang memindahkan pusat kegiatan ke daerah Lemahwungkuk.
Apa kaitannya Ki Gede Alang- Alang dengan kerajaan Pajajaran? Raja Siliwangi memiliki tiga orang anak dari Ratu Subhang larang. Ketiga anak itu bernama Walangsungsang, Nyi Mas Rara Santang, dan Kian Santang. Ketiganya mengikuti agama ibunya yaitu agama Islam.
Pangeran Walangsungsang putera sulung  Prabu Siliwangi pergi ke daerah pesisir utara bersama adiknya Rara Santang  untuk mencari tempat yang dianggap tepat untuk membangun pedukuhan. Kemudian, mereka bertemu dengan Ki Gede Alang-Alang yang menjadi orang kepercayaan Raja Galuh. Akhirnya mereka mendirikan pedukuhan.
Pangeran Walangsungsang yang bergelar Pangeran Cakrabuana akhirnya membangun pedukuhan tersebut dengan nama Caruban. Seiiring waktu kata Caruban berubah menjadi Cirebon yang berasal dari kata cai dan rebon.
Cirebon berkembang pesat setelah dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana. Perluasan wilayah menyebar hingga ke daerah Batavia dan kerajaan Banten. Â Seiring dengan perkembangan pemerintahan di Cirebon, berkembang pula agama Islam.
Suatu hari Pangerann Cakrabuana bersama adiknya Rara Santang pergi haji. Saat di perjalanan Rara Santang menikah dengan Sultan Mesir, Syarif Abdillah bin Nuurl Alim. Mereka memiliki anak bernama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448.
Setelah dewasa, Syarif Hidayatullah datang ke Cirebon dan menyebarkan agama Islam di kota tersebut. Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Mas Pakungwati, sepupunya, puteri dari Pangeran Cakrabuana.