"Apa yang terjadi dengan pasien ini?" tanya Dokter Ardian sambil memperhatikan catatan-catatan yang ada dalam map merah.
"Menurut puterinya, Bapak ini terjatuh saat sedang melayani pembeli di warung makannya, Dok," jelas Suster Anita," Pak Haryadi mengalami stroke. Tubuhnya tidak bisa digerakan dan dia sudah tak sadarkan diri saat tiba di sini."
Vania memasuki ruang dokter ditemani oleh Suster.
"Ini, Dok. Puteri pasien," ucap Suster sambil mempersilakan Vania duduk di depan meja Dokter Ardian.
"Siapa nama ayah, Anda? Di mana alamat warung ayahmu" tanya Dokter Ardian sambil memandang Vania.
"Haryadi, Dokter. Di pasar Pamoyanan, Dok,' jawab Vania sedikit bingung dengan pertanyaan Dokter Ardian," Bagaimana dengan kondisi Ayah saya, Dok?"
"Ayahmu harus segera dioperasi karena jantungnya bermasalah. Jika tidak segera dioperasi saya khawatir Ayahmu tidak tertolong," jelas Dokter Ardian.
Vania termenung mendengar penjelasan dokter. Operasi jantung pastinya membutuhkan biaya yang sangat besar. Darimana Vania mendapatkan uang kecuali menjual warung makan milik ayahnya.
Vania keluar dari ruangan dokter dengan tubuh lunglai. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kemudian dia menuju ruang ICU tempat ayahnya dirawat. Hidung Ayahnya dipasangi selang oksigen. Beberapa kabel juga terpasang di tubuh ayahnya. Vania tidak mau ditinggalkan Ayahnya. Biarlah, dia akan menjual warung yang penuh kenangan itu demi keselamatan Ayah.
"Mbak, apakah setuju jika Ayah Mbak akan dioperasi?" tanya Suster Anita setelah mendekati Vania.
"Tapi, Suster. Saya belum punya biayanya," jawab Vania.