"Karena aku menggunakan alat bantu dengar ya, Ma?" tanya Kasih lagi.
"Ya Allah, berikan ketegaran kepadaku dan putriku dalam menghadapi setiap iradahMu," pinta Listi dalam hati.
Hati orang tua mana yang tak sedih saat putrinya menerima perlakuan yang tidak menyenangkan, tetapi Listi berpikir jika putrinya harus belajar tabah dan kuat saat menghadapi itu semua.
Alhamdulillah, Listi melihat Kasih mulai menerima kondisinya. Listi selalu memperlakukan Kasih seperti anak normal lainnya.Â
Sejak TK hingga SMP, Listi menyekolahkan Kasih di sekolah reguler. Pernah Listi ditolak oleh salah satu sekolah TK dengan alasan tidak ada guru yang mampu menangani ABK. Hatinya sedih dan kecewa karena Kasih hanya memiliki masalah di pendengarannya sedangkan kognitif dan motoriknya normal. Alhamdulilah ada seorang temannya yang menyuruhnya datang ke TKIT tempat dia bekerja.Â
Listi membimbing putrinya dengan penuh kesabaran. Harapan agar Kasih hidup seperti anak-anak normal lainnya terwujud. Kasih pandai mengaji. Dia juga senang menulis puisi seperti Listi.
Kini Kasih sudah duduk di bangku SMP. Potensinya mulai tampak meski tidak mencolok. Berbicaranya pun seperti anak normal lainnya meskipun tidak terlalu banyak bicara. Bagi Listi, itu sudah cukup. Kepercayaan diri putrinya sedikit demi sedikit mulai muncul.
Pada hari ulang tahun Listi, Kasih menuliskan sebuah puisi untuknya
I can hear, Mom
Thank you for always being there for me in my ups and downs.
Duniaku tak lagi sunyi
Aku mendengar dendang lagu kehidupan
yang terukir bersama cinta dan ketulusan.
Kesabaran dan cintamu mengantarku hingga ke titik ini
I love you so much Mom
Listi memandang Kasih yang masih membacakan ayat-ayat Allah dengan merdu. Hatinya penuh keyakinan jika puteri kecilnya ini akan tumbuh menjadi remaja yang cerdas tangguh.