Bunda selalu mengajarkan bahwa tidak boleh memilih teman. Nilai kebaikan di mata Allah itu terletak pada ketaatan-Nya kepada perintah Allah. Apalagi, Reni sangat baik dan taat beribadah.
"Assalamualaikum, Reni. Selamat pagi!" sapaku ramah kepada sahabatku ini.
"Pagi, Nandia," jawabnya lesu seraya menundukkan kepalanya.
"Hai ... kok kamu lesu seperti itu. Kamu belum sarapan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya," Nih, aku bawa bekal banyak. Kita bisa memakannya bersama."
Reni menggelengkan kepala dan menunjuk ke arah bawah.
"Aku malu, Nan," jawabnya pendek sambil memandang ke arah kakinya.
"Ada apa dengan, kakimu?" tanyaku tak mengerti sambil terus memandang kaki Reni.
"Sepatuku sobek, Nandia." Reni memperlihatkan sepatunya yang sobek di bagian depan.
Aku terpaku ketika melihat sepatu sahabatnya itu. Sepatu itu memang sudah tak laik pakai. Bagian depannya sudah sobek sehingga kaki Reni terlihat dari luar.
"Kamu tidak mempunyai sepatu lain?" tanyaku lagi. Reni hanya menggelengkan kepala.
"Kamu tidak meminta kepada ibumu untuk membeli yang baru?" Aku kembali menanyakan kepada Reni.