"Di mana putri-putri mereka sekarang?" tanyaku lagi.
"Mereka sudah menjadi orang sukses. Mereka yang merenovasi rumah ini hingga semegah ini. Dulu sebelum mereka sukses seperti sekarang ini, mereka selalu menyempatkan diri pulang ke sini untuk merayakan ulang tahun Eyang seraya merayakan peringatan Hari Kartini. Semua harus menggunakan pakaian adat Jawa lengkap. Berbagai acara digelar di sini. Namun, lambat laun kebiasaan itu jarang dilakukan dan sepuluh tahun ini kebiasaan itu sudah tidak pernah dilakukan lagi." Bude Lastri bercerita sambil menyeka air matanya.
Aku paham sekarang ini, alasan Eyang Prameswari berdiri di depan pendopo itu. Kerinduannya pada suasana kebersamaan dengan putri-putri dan para cucunya, membuat duka bersemayam di hatinya dan tampak di wajahnya. Betapa perjuangannya mewujudkan cita-cita Kartini dan menjadikan putri-putrinya berpendidikan dan sukses. Perjuangan emansipasi yang nyata dan bukan omong kosong semata.
Aku berbisik kepada Bude Lastri dan menyampaikan rencanaku. Bude tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya. Pagi itu kami berharap tak akan ada lagi duka di hati Eyang Prameswari.
Ibu kita Kartini ... putri sejati
Putri Indonesia, harum namanya.
#Selamat Hari Kartini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H