"Kamu sudah bertemu dengan Centini?" tiba-tiba Diah bertanya. Pertanyaan itu menyadarkan Arman tentang tujuannya ke sini yaitu mencari informasi tentang Centini.
"Sudah dua kali. Dia sekarang hebat, ya. Kemarin aku main ke rumahnya yang megah itu." Kemudian Arman bercerita tentang awal dia bertemu dengan Centini.
Gondo dan Diah hanya diam ketika Arman bercerita tentang pertemuan dengan Centini. Arman merasa ada sesuatu yang disembunyikan mereka.
"Tadi pagi saat aku bersepeda, aku melihat Centini di mobil Fortuner bersama seorang laki-laki paruh baya. Apakah itu suaminya?" tanyanya hati-hati.
"Apakah Centini tidak bercerita apa-apa padamu?" tanya Diah. Arman menggelengkan kepala.
"Untuk itulah aku datang ke sini untuk menanyakan tentangnya," ujarnya lirih.
" Kamu belum move on darinya ya, Man?" tanya Gondo tiba-tiba. Dia seolah membaca hati Arman yang terdiam.
"Itu salah satu alasanmu belum menikah sampai sekarang?" Diah menyambung pertanyaan suaminya.
" Ikh...kalian ini tetap tidak berubah cerewet, sok mau tahu urusan orang," jawab Arman sambil mencomot mangga gedong.
"Tidak enaklah kalau aku menanyakan masalah pribadi padanya langsung walaupun aku ingin tahu tentangnya." Arman menghela napas panjang sekedar melepaskan beban berat yang ada di hatinya.
"Selama ini aku masih menyimpan rasa untuknya. Aku masih berharap suatu saat aku dapat mengungkapkan perasaan ini padanya. Untuk tujuan itulah aku memaksakan diri pulang. Tapi apa yang kutemui tak sesuai dengan harapanku," ujar Arman berbicara pelan-pelan.