" Ada yang sama kan. Aku ganteng sama dengan aku yang dulu," ujarnya sambil tertawa ngakak.
"Akhirnya kita bertemu juga setelah hampir sepuluh tahun kita berpisah. Kemana saja kamu selama ini? Kudengar kau kuliah di Bandung?" tanya Gondo sambil mengajak Arman duduk di teras rumah. Arman cuma menganggukkan kepala.
"Hai...Man! Apa kabar?" tiba-tiba Diah muncul dari arah kebun. Dia membawa sekeranjang mangga gedong gincu yang sudah matang.
"Wuih, Kau panen mangga rupanya. Hm... aromanya menggodaku, nih. Aku mau ya," ujar Arman sambil mencomot sebuah mangga.
"Tenang, Man. Aku sengaja mengambilkan mangga ini untukmu. Aku yakin kesukaanmu makan mangga gedong belum hilang, kan? Sebentar aku cuci dulu, ya,' ujar Diah sambil berlalu ke dalam rumah.
"Berapa anakmu?" tanya Gondo kemudian. Arman diam sambil menggigit buah mangga.
Pertanyaan yang paling sering muncul bila bertemu dengan teman, saudara, atau sahabat yang sudah lama berpisah. Kamu sudah nikah? Anakmu berapa? Pertanyaan- pertanyaan yang menyebalkan untuknya.
"Boro-boro anak, Do. Wong aku maried saja belum," jawabnya sambil memainkan mangga gedong itu di tangan.
"Masa cowok seganteng kamu belum menikah. Jangan beralasan klise kalau jodoh di tangan Allah, Man! Masa tak ada satu pun gadis di dunia ini yang dapat menarik hatimu. Ngakunya coker, cowok keren," ujar Gondo berkelakar.
Ucapan Gondo menyentil sudut hatinya yang paling dalam. Iya seharusnya pria berusia di atas 35 tahun ini seyogyanya sudah menikah dan punya anak. Tapi faktanya, dia memang belum menikah.
"Man, nih aku sudah siapkan mangga kesukaanmu," tiba-tiba Diah muncul sambil membawa sepiring mangga gedong yang sudah dipotong-potong, tiga gelas air sirop, dan cemilan.