Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Topeng Bab 2 Curahan Hati

8 Maret 2022   14:43 Diperbarui: 8 Maret 2022   15:17 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topeng. sumber: behance.net

"Kejadian tragis? Orang tuamu yang mendapat kecelakaan itu?" tanya Centini agak keras.
Arman mengangguk pelan. Centini memandangnya dengan perasaan iba.

"Maaf ya, Man. Aku tidak datang melayat saat itu. Gondo dan Diah memberitahukan berita itu. Namun saat itu aku sedang ada di Jepang bersama anak-anak. Ada acara festival budaya daerah di KBRI Jepang," ujar Centini penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, Tin. Semua sudah menjadi takdir kami sekeluarga. O, ya, mana suamimu?" tanyanya penasaran karena sejak tadi dia tak melihat orang lain selain mbak Jum. Centini tersenyum mendengar pertanyaannya.

"Berapa anakmu, Man?" Centini balik bertanya.

Arman merasa ada sesuatu yang disembunyikan Centini. Dia melihat mata sahabatnya itu menyimpan rahasia yang tak ingin diketahui olehnya.

'Kamu hebat, Tin. Dalam tempo belasan tahun, kamu sudah berubah seperti ini," kata Arman sambil menunjuk semua yang ada di rumah itu," Kamu sudah menjadi orang sukses."

Sejenak Centini terdiam. Dia menarik nafas panjang seolah ada beban berat yang sedang menghimpitnya.

"Berapa lama kamu akan ada di kota ini?" tanya Centini mengalihkan pertanyaan.

"Masih satu minggu lagi aku berlibur di sini. Aku bersyukur liburanku kali ini aku dapat bertemu denganmu. Aku juga ingin bertemu dengan Gondo dan Diah. Aku minta alamat mereka, ya." Centini mengangguk pelan. Dia menuliskan alamat di sebuah kertas berikut nomor telepon Gondo dan Diah.

Arman melihat detak jam digital yang tergantung di dinding di depanku. Jam digital itu sudah menunjukkan angka 10.50. Tak terasa kami sudah mengobrol tiga jam lamanya.

 Arman harus pulang karena tidak patut ada di rumah seorang perempuan yang tanpa muhrim. Meskipun dia masih betah dan ingin berlama-lama di sini, dia harus tetap permisi. Arman tidak mau digosipkan yang tidak-tidak oleh penduduk. Kasihan Centini, nama baiknya akan tercoreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun