Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas sekolahku di pundak
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
Demikian penggalan bait lagu" Guru ku Tersayang" yang kerap saya dengar. Lagu yang menggambarkan tentang semangat para siswa saat pergi ke sekolah dan ucapan terima kasih mereka kepada para guru. Saya kadang tersanjung saat mendengar lagu itu.
Semangat itu saya saksikan saat pembelajaran tatap muka terbatas mulai dilaksanakan. Para siswa datang ke sekolah jauh sebelum waktu belajar dimulai. Wajah-wajah mereka menggambarkan semangat untuk menuntut ilmu.
Harapan belajar bersama di sekolah mulai terwujud. Mereka berharap dengan belajar tatap muka ini mereka dapat memahami materi yang diberikan guru.
Menurut mereka belajar on line itu banyak kekurangan. Mereka tidak memahami materi pelajaran khususnya materi pelajaran IPA dan Matematika. Apalagi ketersediaan kuota yang diberikan orangtua kurang memadai.
Ada beberapa siswa yang tinggal di daerah yang jangkauan sinyal kurang baik sehingga kerap mereka harus pergi ke tempat yang jauh dari rumah untuk mencari sinyal yang kuat. Ada pula yang tidak memiliki gawai sehingga mereka kerap tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Faktor yang sangat menyulitkan adalah menumbuhkan semangat belajar di rumah. Mereka cenderung malas untuk mengikuti pembelajaran daring karena tidak ada yang membimbing dan mengawasi mereka.Â
Apalagi materi yang disampaikan sangat sulit dipahami. Faktor lain adalah orangtua yang tidak membimbing belajar mereka karena bekerja atau tidak mengerti juga tentang materi yang disampaikan guru.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2021, pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan pada zona PPKM level 3 dapat dilakukan melalui pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) dan/atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03/KB/202l, Nomor 384 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/4242/2021, Nomor 440-717 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Virus Disease 2019 (COVID-19). Regulasi ini memberi peluang pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di zona yang termasuk level 1,2 dan 3.
Sekolah saya berada di level 3 sehingga diizinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Saya merasa ada tantangan khusus bagi para guru saat melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas ini.Â
Mengapa demikian? Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan dengan jumlah peserta didik hanya 50% dari jumlah siswa yang ada. Dengan demikian harus ada pembagian belajar/shifting bagi para siswa.
Tantangan guru saat melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, antara lain:
Memahami dan Menjalankan Protokol KesehatanÂ
Sekolah wajib menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan panduan penanganan Covid-19 dari Satgas Pusat.Â
Persiapan sarana dan prasaran prokes dilakukan oleh sekolah dan satuan tugas Covid-19 yang anggotanya adalah para guru. Guru harus memahami betul protokol kesehatan yang sudah diatur khususnya saat mengajar di kelas.
Saat pertama kali saya mengajar dalam suasana pembelajaran tatap muka terbatas ini, saya melihat wajah yang polos dan tatapan mata yang kosong dari para siswa.Â
Proses pembelajaran yang biasanya mengasyikan kini lenyap.Â
Tak ada lagi tawa ceria anak-anak. Tak ada proses tanya jawab yang aktif. Saat ditanya mereka hanya menunjukkan ekspresi yang bingung. Saya berpikir inilah salah satu dampak dari pembelajaran jarak jauh melalui model daring. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu.Â
Salah satunya adalah anak-anak tidak mau membaca materi yang diberikan guru dengan seksama dan cermat sehingga ilmu yang menyangkut di benak mereka hanya sedikit.Â
Hal itu saya rasakan selama seminggu setelah PTM. Saat saya berdiskusi dengan teman guru  yang lain, hal serupa terjadi padahal materi yang disampaikan sebatas umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran daring.
Kenyataan itu mengharuskan guru untuk mencari upaya agar motivasi belajar anak kembali tumbuh.
Menumbuhkan Suasana Komunikasi yang Baik dengan Siswa
"Komunikasi adalah tiketmu menuju sukses, jika kamu memperhatikan dan belajar melakukannya secara efektif." - Theo Gold
Selama tiga semester siswa hanya berkomunikasi dengan guru hanya melalui gawai. Komunikasi dilakukan dengan tidak langsung. Hal itu memberikan dampak bagi siswa.Â
Siswa yang biasanya aktif memberikan komentar, pertanyaan dan jawaban secara langsung dengan suasana yang menyenangkan, kini hanya dibatasi oleh layar laptop atau gadget
Komunikasi pembelajaran berubah total sejak pertengahan Maret 2020. Ruang kelas yang selalu dipenuhi dengan suara-suara gaduh dan riuh saat pembelajaran berlangsung, kini berubah senyap.Â
Guru sebagai komunikator utama tidak dapat menyentuh langsung emosi siswa. Hubungan komunikasi timbal balik tidak berjalan normal. Hal itu berlangsung selama tiga semester.
Sekarang pembelajaran tatap muka akan dimulai kembali. Guru harus memiliki kemampuan untuk membangun komunikasi yang baik dengan para siswa.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno: 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan "the communication is in tune".
Komunikasi dapat berjalan secara efektif, bila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Suasana komunikasi menyenangkan antara guru dan siswa,
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi para siswa
d. pesan dapat memberikan manfaat bagi para siswa   Â
e. menumbuhkan sikap menghargai siswa
Menyiapkan Model Pembelajaran Campuran (Blended Learning)
Peraturan pembelajaran tatap muka level 2 dan 3 diperbolehkan dengan syarat menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan peserta didik yang hadir hanya 50% saja.Â
Peserta didik yang tidak hadir di sekolah tetap harus mendapatkan layanan pembelajaran sehingga guru harus membuat dua model program pembelajaran yaitu: pembelajaran tatap muka (luring) dan pembelajaran di rumah (daring).
Hal itu sebenarnya sangat memberatkan guru. Guru harus memiliki waktu yang lebih dan harus memiliki kemampuan mengelola dua kelas yang modelnya berbeda.
Karakteristik pembelajaran menggunakan blended learning yaitu:
- pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, gaya pembelajaran, model pendidikan, dan beragam media berbasis teknologi;
- sebagai kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar secara mandiri secara online;
- pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, pengajaran, dan gaya pembelajaran;
- pendidik dan orang tua memiliki peranan yang sama pentingnya, dimana pendidik sebagai fasilitator, dan orang tua sebagai pendukung (Prayitno, 2015)
Selain menyiapkan model pembelajaran campuran, guru juga harus mampu membagi waktu dalam memberikan pendampingan sehingga siswa yang belajar tatap muka maupun yang belajar daring dapat terlayani dengan baik.
"Dari semua pekerjaan berat, salah satu yang paling sulit adalah menjadi guru yang baik." - Maggie Gallagher
Sebagai guru yang memiliki tugas mendidik generasi bangsa hendaklah memiliki sifat ikhlas. Pendidikan adalah tonggak kemajuan suatu bangsa. Di tangan gurulah pendidikan Indonesia akan maju. Perjuangan guru tidak mendapat tanda jasa namun perjuangan guru akan terukir indah di setiap sejarah kehidupan para siswanya.
Referensi :
Imtikhani, Lailatul, Rifki Maulana Arrazi, Muhammad Dzikri Al Amjad. Peran Pendampingan Belajar Blended Learning Di Masa Pandemi Covid-19 Untuk Siswa Sekolah. Semarang
Uciha.h.2015. Strategi Membangun Komunikasi Efektif Dalam Proses Pembelajaran Komunikasi dan Pembelajaran.Â
Prayitno, W. (2015). Implementasi Blended Learning dalam Pembelajaran pada Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah. Jurnal Pendidikan, 6(01).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H