Awalnya memang sulit namun semakin lama aku terbiasa dengan kostum badut itu. Berbagai upaya ku lakukan agar bida membahagiakan para pengunjung sirkus. Aku belajar atraksi akrobat dan bermain sulap kepada cak Simin. Akhirnya aku menjadi badut favorit sirkus itu.
Kini usiaku semakin senja. Aku sudah tak bisa lagi ikut berkeliling. Aku juga sudah tak mampu lagi berakrobat untuk melengkapi atraksiku. Akhirnya aku memutuskan untuk menetap di desa ini. Kebetulan si mbok meninggalkan aku sebidang tanah dan bangunan yang bisa ku tinggali.
Aku tetap menjadi badut meskipun hanya di daerah-daerah yang tidak terlalu jauh. Aku masih bisa menghibur para pengunjung. Aku masih mampu menghadirkan tawa ceria dari anak-anak meskipun aku harus menutupi duka ku sendiri. Inilah hidupku yang harus kuterima dengan ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H