Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badut

11 Juni 2021   15:42 Diperbarui: 11 Juni 2021   16:07 17242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mau ke tempat le Diman. Katanya dia sakit," jawab mas Dewo.

"Sakit opo, to si Diman?" tanyaku lagi.

"Boten ngertos pak Amat. Monggo pak," ujar mas Dewo sambil berlalu.

Kemudian aku kembali memandang bintang-bintang di langit. Di sana tergambar kisah hidupku yang penuh kepahitan. Anak dan istriku harus meninggalkan aku karena aku sudah tak memiliki apa-apa.

Aku termasuk salah satu karyawan yang terkena PHK. Aku tidak tahu harus mencari pekerjaan apa lagi. Kemudian aku mencoba usaha  baru dengan membuka kafe di depan rumah. Namun usaha itu tak berlangsung lama. Aku kalah bersaing dengan pengusaha-pengusaha kafe yang menjanjikan beberapa fasilitas menarik. Akhirnya usahaku gulung tikar dan uang pesangonku habis.

Akhirnya istri dan anakku meninggalkan aku karena aku tidak bisa menafkahi mereka sesuai dengan harapan mereka. Aku menerima keputusan itu dengan ikhlas karena kenyataannya aku memang tidak bisa memberikan mereka kemewahan seperti yang selalu diminta mereka.

Sejak saat itu aku bekerja serabutan. Apa pun pekerjaan yang ditawarkan akan aku kerjakan asalkan halal. Aku tak malu menjadi kuli panggul di pasar. Aku juga bersedia menjadi kuli bangunan. Aku tetap berprinsip mencari rejeki dengan cara halal.

Suatu hari aku bertemu dengan mas Karmin, seorang pemilij usaha sirkus keliling. Dia menawarkan aku pekerjaan. Aku menerima tawaran itu dengan senang hati. Sejak saat itu aku berkeliling ke beberapa kota di pulau Jawa ini.

Awalnya aku membantu menyiapkan perizinan bila akan mengadakan pertunjukan di suatu tempat. Aku juga membantu untuk mempromosikan sirkus itu ke beberapa daerah.

Hingga suatu hari, Aden yang biasa menjadi badut harus kembali ke kampungnya karena istrinya sedang sakit keras. Akhirnya mas Karmin meminta aku untuk menggantikan Aden sementara waktu.

Saat itu aku menerima karena aku berpikir apa sih sulitnya mengenakan pakaian badut. Ternyata apa yang kupikirkan tidaklah sama dengan kenyataannya. Aku harus bisa membuat anak-anak tertawa dan tidak takut pada badut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun