Mohon tunggu...
Nilot Maheswari
Nilot Maheswari Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar/SMAN 1 Ponorogo

Mendengar musik, membaca, travelling adalah hobiku, selebihnya melanjutkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Tantrayana dalam Munculnya Gagasan Mengenai Nusantara

16 Agustus 2024   12:18 Diperbarui: 16 Agustus 2024   12:18 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

-Madhya-Yoga (Yoga menengah) dilanjut dengan membayangkan bhatara di dalam badan.

-Vasana-Yoga (Yoga akhir) kemudian membayangkan bhatara dalam "mandala tanah" atau di bumi. 

-Ania-Yoga (Yoga dalam) yang terakhir adalah membayangkan bhatara dalam "mandala ketiadaan" atau di alam gaib.

     Dapat kita cermati sekaligus mengkritisi secara seksama, pada tahap ketiga dan tahap terakhir dalam yoga Tantra. Disana lah para penganutnya akan mendapatkan kemampuan untuk mengendalikan alam semesta karena sebuah manifestasi perwujudan dewa yang berada di bumi. Jadi jelas, Kertanegara memperdalam Tantrayana untuk mengendalikan wilayah-wilayah sekitar Singhasari bahkan hingga mancanegara demi kesejahteraan rakyat yang pada masa itu dibawah tekanan Kubilai Khan seorang Kaisar Mongol perampas upeti.

    Tidak sampai disitu, kegigihan Kertanegara untuk menundukkan Mongol terbilang cerdik. Merujuk pada jurnal Anom B Prasetyo (2020:5) yang berjudul Mandala Dwipantara: Gagasan Kertanegara dalam Sumpah Palapa, Kertanegara membawa ajaran Siwa-Buddha dan diterima masyarakat khususnya kerajaan-kerajaan di Jawa hingga mengakui supremasi Singhasari sebagai penerus Kerajaan Daha dan Kerajaan Jenggala-Panjalu (Kahuripan).

    Sebagai raja yang mementingkan keselamatan rakyat, Kertanegara kerap melakukan ritual ganacakra atau sering disebut panca makara puja dalam aliran Tantrayana. Beberapa cerita yang termuat dalam media di zaman modern ini, menggambarkan ritual panca makara puja yang begitu menyeramkan seperti makan darah, minum arak, dan juga bersanggama. 

Namun para sejarawan menolak anggapan tersebut, memang benar hal itu tercatat pada beberapa kitab seperti Negarakertagama dan Pararaton. Akan tetapi semua ritual yang dilakukan menggunakan landasan Tantra Subuti yaitu hanya sebatas simbol, tidak sungguh-sungguh dilakukan. Pada kenyataannya ritual-ritual tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa cinta terhadap rakyatnya. Hal ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama; stam tan ganacakra nitya maduluddan eniwhin praj. Raja Kertanegara melakukan ganacakra untuk kemakmuran negara.

Sang Jina Bersemayam di Alam Siwa-Buddha

      Dikisahkan dalam dua kitab terkenal era Hindu-Buddha yaitu Pararaton dan Negarakertagama, tentang ritual panca makara puja terakhir yang dilakukan Raja Kertanegara pada tahun 1214 Saka atau 1292 Masehi. Saat itu terlihat situasi kerajaan Singhasari terbilang cukup rawan dikarenakan sebagian prajuritnya tengah melakukan ekspedisi Pamalayu. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang (Bupati Gelang-Gelang) yang bersekongkol dengan Aria Wiraraja (mantan pejabat Singhasari) dan sepakat untuk melakukan penyerangan dua arah. Kertanegara yang sedang melakukan ritual pun langsung bergegas mendatangi kericuhan yang terjadi dari arah utara. Pasukan tersebut berhasil dikalahkan. Sayangnya, pasukan kecil ini hanyalah pengecoh. Pasukan sesungguhnya menggempur dari arah Selatan. Dalam pemberontakan tak terduga tersebut Kertanegara harus tewas di tangan bupatinya sendiri yakni Jayakatwang.

     Sang Maharajadhiraja Kertanegara, raja penguasa empat pulau, raja dengan dua gelar besar (Jnana Bajreswara dan Batara Siwa-Buddha), sang pencetus gagasan Dwipantara terbunuh hanya karena dendam masa lampau antara Kadiri dan Singhasari. Keinginannya menyatukan seluruh kerajaan di Asia Tenggara gagal dan gagasan tentang Dwipantara pun lenyap.

Cakrawala Mandala Dwipantara di Tangan Wangsa Rajasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun