2. Tahap II (1144-1193 M); Â Serangan Balik Umat Islam
Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan pasukan salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi pasukan salib tersebut. Pertama kaum muslimin di bawah komando Gubernur Moshul, Imaduddin Zanki berhasil merebut Aleppo dan Edessa dari tangan orang Kristen pada tahun 1144 M. Tidak lama kemudian Imaduddin Zanki wafat pada tahun 1146 M dan posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Di bawah pimpinan Nuruddin Zanki dia ingin meneruskan cita-cita ayahnya untuk merebut dan membebaskan negara-negara Islam di dunia Timur dari cengkraman kaum Salib. Maka dia memimpin pasukan kaum muslimin dan berhasil membebaskan Damaskus atau Syam  (1147 M),  Antiokia (1149 M) dan Mesir (1169 M).
Setelah itu, pasukan Islam selanjutnya dipimpin oleh Salahuddin al-Ayyubi atau Saladin. Dia berhasil membangkitkan semangat umat Islam untuk memerangi kaum Salib sehingga dia pada tahun 1175 M berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir di atas reruntuhan Dinasti Fatimiyah sebelumnya dan dapat membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187 M setelah dikuasai oleh orang Kristen selama 88 tahun lamanya.Â
Kemudian Salahuddin al-Ayyubi memberi pengampunan kepada umat Kristen yang tinggal di kota itu dan lonceng gereja yang ada di Mesjid al-Aqsa diganti dengan azan dan Salib emas yang terpancang di atas gereja besar dalam kota itu diturunkan.
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan terutama setelah jatuhnya Yerussalem membangkitkan kembali semangat kaum Salib untuk mengirim Expedisi yang lebih kuat untuk memerangi umat Islam. Â Ekspedisi tersebut terdiri dari dua divisi yaitu divisi I yang melalui jalur darat dipimpin oleh Frederik I, Kaisar Jerman dan divisi II yang melalui jalur laut dipimpin oleh Richard I, Raja Inggris dan Philip II, Raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M.
Frederik I yang memimpin divisi jalur darat tewas tenggelam dalam penyeberangannya di sungai Armenia dekat Kota ar-Ruha. Sebagian tentaranya kembali pulang kecuali beberapa orang yang melanjutkan perjalanannya di bawah Putera Frederik.
 Adapun divisi II yang menempuh jalur laut berlayar secara terpisah dan akhirnya bertemu di Sisilia. Mereka berada disana sampai musim dingin berlalu. Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah. Richard menuju Cyprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanannya ke Syria.Â
Sedangkan Philip langsung ke Akka, disana pasukannya berhadapan dengan pasukan Salahuddin al-Ayubi. Tidak lama kemudian pasukan Richard datang. Maka gabungan pasukan Philip dan Richard melakukan pertempuran sengit dengan pasukan Salahuddin al-Ayyubi. Mereka berhasil merebut Akka yang kemudian di jadikan ibu kota kerajaan Latin di sana tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina.Â
Sedangkan pasukan Salahuddin al-Ayyubi memilih mundur dan pergi untuk mempertahankan Mesir. Artinya dalam ekspedisi ini, pasukan Salib tidak berhasil merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum muslimin. Demikian juga kota-kota lainnya seperti Aleppo, Edessa, Syria, Antiokia, dan Mesir dan pasukan Salib hanya berhasil merebut kota Akka saja.
Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian damai atau gencatan senjata antara tentara salib dengan Shalahuddin al-Ayyubi yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian tersebut dijelaskan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu. Dengan demikian Mesir terbebas dari pasukan Salib. Namun tidak lama kemudian setelah perjanjian itu disepakati, Salahuddin al-Ayyubi wafat pada bulan Februari 1193 M.