Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan berduyun-duyun melibatkan diri dalam perang tersebut dengan harapan untuk mendapatkan perbaikan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan hidup.
Dari ketiga faktor di atas terdapat berbagai kepentingan-kepentingan, namun faktor yang paling dominan yang menyulut terjadinya perang Salib adalah faktor provokasi Peter Amin yang berhasil menanamkan rasa benci, antipati dan marah dikalangan umat Kristen terhadap umat Islam.
B. Proses Terjadinya Perang Salib
Perang Salib berlangsung dalam tiga tahapan yaitu Tahap pertama; disebut sebagai periode serangan orang-orang Kristen (1096-1144 M), Tahap kedua; (1144-1193 M) disebut periode reaksi umat Islam, Tahap ketiga; (1193-1291 M) yang dikenal dengan periode kehancuran di dalam pasukan perang Salib. Untuk lebih jelas tahapan Perang Salib tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Tahap I (1096-1144M); Serangan Orang-Orang Kristen
Tahap pertama ini terbagi dalam 2 gerakan dimana gerakan pertama merupakan gerakan spontanitas, tidak terstruktur, dan tidak memiliki persiapan militer yang baik. Gerakan pertama ini muncul akibat diadakannya kongres pertama di Clermont, Perancis ditambah dengan pidato Paus Urbanus II sehingga berhasil mengorbarkan semangat perang suci yang mendapat sambutan hangat dari peserta kongres.Â
Pasukan Salib pertama ini bergerak ke Konstatinopel tempat yang mereka sepakati melakukan strategi pertempuran. Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I'Ermite dan secara keseluruhan pasukan perang Salib pertama ini berjumlah lebih kurang 200.000 orang.Â
Karena gerakan ini merupakan gerakan sepontanitas yang tidak ada disiplin, tidak ada persiapan perang dan tidak memiliki pengalaman perang, maka dengan mudah pasukan Salib pertama ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Karena pihak Kristen mengalami kekalahan pada gerakan pertama, maka mereka  mempersiapkan gerakan kedua yang lebih sistemastis, terstruktur rapi, dan terorganisir baik, serta persiapan militer yang matang.Â
Gerakan ini dipimpin oleh Godfrey of Bonillon. Dan memperoleh kemenangan dengan menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 Juni 1099 M serta melakukan pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam dan bangunan-bangunan umat Islam di Yerussalem mereka musnahkan.
 Sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis mereka lebih dahulu merebut Anatolia Selatan, daerah Tarsus, Antiokia, Aleppo, dan Ar-Ruha' (Edessa), Tripoli, Syiria dan Acre. Sebagai akibat dari kemenangan tersebut, maka berdirilah beberapa kerajaan Latin Kristen di Timur, yaitu Kerajaan Yerussalem dengan rajanya Godfrey (1099 M). Kerajaan Edessa dengan rajanya Baldewn (1098 M). Kerajaan Tripoli dengan rajanya Raymond (1109 M) . Kerajaan Antiokia dengan rajanya Bohemond.