Wanita cantik itu lalu mengelus mesra kepala Nurul. Nurul tiba-tiba pergi ke masa lalu, dia tiba-tiba sudah berada di perkampungan kuno di Kerinci. Tubuhnya ditarik menuju sebuah rumah tua. Di hadapannya, seorang lelaki yang wajahnya mirip Nurul dan seorang pria tua duduk berbincang.
“Saya mohon izin berangkat ke Mekah untuk menunaikan Ibadah Haji,” jelas laki-laki yang mirip Nurul. Ternyata laki-laki itu bernama Malin Tembesu.
“Tak bisakah kau menikah dulu dengan anakku Puti Biye?” tolak lelaki tua yang tak lain adalah ayah Puti Biye.
“Maaf untuk saat ini belum saatnya. Takutnya nanti saya tidak bisa fokus beribadah,” tolak Malin Tembesu dengan sopan.
“Tapi kanda, kenapa kanda hendak buru-buru berangkat ke Mekah meninggalkan dinda sendirian?” tanya Puti Biye penuh khawatir.
“Sabarlah dinda. Akan ada waktunya kita akan bersama,” jelas Malin Tembesu berusaha menenangkan.
Nurul begitu terkejut dengan kejadian yang dia lihat. Dia tidak menyangka kalau sosok Malin Tembesu itu adalah dia di masa lalu, Tiba-tiba saja dia kembali ke rumah besar bersama Puti Biye.
“Kau Puti Biye?” tanya Nurul tidak percaya.
“Aku senang kau kembali mengingatku, Sayang,” ucap Puti Biye.
“Bukankah semua permasalahan kita sudah selesai sejak lama. Sejak kau memutuskan menikah dengan Malin Sni?”
“Kau harus dengarkan aku dulu. Waktu itu aku tidak sengaja mengatakannya. Aku tak sengaja memakan racun yang diberikan Malin Sni kepadaku. Racun itulah yang mengubah diriku hingga aku menjadi membencimu,” jelas Puti Biye.