Mohon tunggu...
Febrianiko Satria
Febrianiko Satria Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Iqra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek Penghuni Gunung

6 Januari 2024   19:00 Diperbarui: 6 Januari 2024   20:20 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen ini telah memenangkan juara 1 Lomba Cipta Karya Sastra Kerinci cabang Menulis Cerita Daerah Kategori Umum pada acara Festival Bahasa dan Sastra Kerinci 2023 yang diadakan oleh Forum Taman Baca Kerinci dan Lentera Muda Kerinci bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Nenek Penghuni Gunung

Karya: Febrianiko Satria

Kalau tak salah hitung, sudah berpuluh purnama aku menunggu di sini. Di atas puncak Gunung Tujuh, aku tinggalkan semuanya: keluarga, sahabat hingga kekasih yang aku cinta. Semua ini aku lakukan untuk menebus semua dosaku. Dosa kepada kekasih hati yang tidak mungkin bisa dimaafkan lagi.

***

“Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang wanita yang cantik jelita bernama Putri Kecik Bedabung Surai Biye Dilangit, orang-orang memanggilnya Puti Biye. Wanita itu bertunangan dengan seorang laki-laki yang sangat soleh bernama Malin Tembesu. Sayangnya kisah cinta mereka tidak berjalan baik, Putri Biye berselingkuh dengan seorang lelaki bernama Malin Sni. Malin Tembesu marah lalu dikutuklah Putri Biye menjadi hantu penghuni Gunung Tujuh,” jelas kakek.

“Nantan, kenapa wanita itu harus dikutuk sedemikian kejamnya?” tanya anak lelaki itu.

Anak laki-laki yang kritis itu bernama Nurul. Nurul kala itu masih berusia enam tahun. Dia saat itu sedang pergi liburan bersama keluarga ke rumah kakeknya di Kerinci. Sejak kecil Nurul sangat suka mendengar Kunun yang dituturkan Kakek. Tak jarang mereka sering berdiskusi tentang Kunun yang baru kakek tuturkan.

“Karena dia berbuat salah,” jelas kakeknya singkat.

“Tapi tidak seharusnya dia tersiksa seperti itu,” bantah anak laki-laki itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun