Mohon tunggu...
Febrianiko Satria
Febrianiko Satria Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Iqra

Selanjutnya

Tutup

Book

Belajar Mengenal Diri Bersama Kucing: Resensi Buku Jika Kucing Lenyap dari Dunia karya Genki Kawahara

20 November 2022   21:03 Diperbarui: 20 November 2022   21:27 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


2. Film
Film adalah barang kedua yang berharga bagi Bujang. Di sini Bujang berteman dengan Tsutaya, seorang introvert penggila film. Tsutaya adalah orang yang jago meracuni Bujang dengan rekomendasi film yang begitu recomended. Kemudian hari Tsutaya bekerja membuka rental DVD untuk menyewakan film.

Meskipun jago rekomendasi film, Tsutaya tidak berdaya ketika harus merekomendasikan film terakhir untuk Bujang tonton. Ya siapa juga yang sanggup ketemu sohib udah lama ga ketemu eh sekali ketemu bilang mau meninggal.

Pada akhirnya Tsutaya hanya memberikan DVD kosong kepada Bujang. Ya sungguh bagian tragis dalam hidup Bujang.

Pada akhirnya Bujang sadar bahwa film terakhir yang dia tonton adalah film tentang kehidupannya sendiri. Pada akhirnya memang sebuah hiburan khususnya film dikatakan menarik karena berkaitan dengan kehidupan masing-masing. Manusia menjadi merasa perlu menonton karena itu merupakan "gue banget".

Saya teringat dengan mitos ketika seseorang akan meninggal manusia akan melihat kehidupannya mulai dari lahir hingga dia meninggal. Dia melihat setiap detil kehidupannya dengan teliti. Lalu ketika nafas hilang, kehidupan baru datang di alam kematian.


3. Jam
Jam adalah bagian terpenting dalam hidup Bujang. Dari sini kita tahu bahwa Ayah Bujang memiliki toko jam dan ahli reparasi jam. Dari sini juga diketahui bahwa hubungan bujang dan ayahnya tidak begitu dekat. Mereka seringkali bertengkar akan banyak hal. Ya seperti sindrom oedipus complex yang diderita pria lainnya, seringkali anak laki-laki akan bertengkar dengan Ayahnya. Fenomena ini adalah hal umum yang terjadi di semua anak laki-laki dengan tujuan merebut perhatian dari cinta pertama dalam kehidupan laki-laki.

Puncak pertengkaran Bujang dan Ayahnya ketika Ibu sudah dalam kondisi kritis. Ibu yang mau meninggal meminta Ayah untuk memperbaiki jam tangannya. Sialnya ketika detik-detik hendak meninggal Sang Ayah tidak ada di tempat dan Sang Anak hanya bisa menjadikan Ayahnya pelampiasan kemarahannya.

Tak hanya pertengkaran Ayah dan anak yang mewarnai novel ini. Ada juga sebuah pesan menohok betapa sibuknya manusia dengan waktu, seolah-olah waktu begitu berharga bagi manusia padahal manusia sendirilah yang mencipatakan waktu.

"Kalau dipikir baik baik, manusia tidur, bangun, bekerja, dan makan berdasarkan ketentuan yang disebut waktu. Dengan kata lain, manusia hidup sesuai dengan jam. Manusia repot-repot menemukan aturan yang disebut waktu, tahun, bulan, dan hari untuk membatasi diri sendiri. Kemudian menemukan jam untuk memastikan aturan yang disebut waktu.

Ada aturan berarti kebebasan menjadi terbatas. Namun, manusia menggantung ketidak- bebasan itu di dinding, dan meletakkannya di dalam kamar. Seolah-olah itu saja tidak cukup, manusia memasangnya di semua tempat manusia melakukan kegiatan. Bahkan, akhirnya melilitkan waktu pada pergelangan tangannya sendiri.

Namun, sekarang aku bisa memahami apa artinya itu dengan baik.
Kebebasan disertai kegelisahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun