Mohon tunggu...
Febrianiko Satria
Febrianiko Satria Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Iqra

Selanjutnya

Tutup

Book

Belajar Mengenal Diri Bersama Kucing: Resensi Buku Jika Kucing Lenyap dari Dunia karya Genki Kawahara

20 November 2022   21:03 Diperbarui: 20 November 2022   21:27 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster arisan buku Komunitas Jari Menari (dokpri)

Oleh: Febrianiko Satria
(Disampaikan dalam program Arisan Materi, Komunitas Jari Menari, Minggu 20 November 2022)


Judul buku: Jika Kucing Lenyap Dari Dunia
Penulis: Genki Kawamura
Cetakan: II, Februari 2021
Penerbit: Baca
Ketebalan: 255 halaman
ISBN: 978-602-6486-43-1

"Jika kucing tiba-tiba lenyap dari dunia.

Bagaimana dunia ini tampak berbeda dan bagaimana hidupku akan berubah?
Jika aku tiba-tiba lenyap dari dunia.

Apakah dunia ini tidak berubah sedikit pun, akan menyambut hari esok seperti biasa?"

Kalimat di atas adalah surat pembuka dari novel Jika Kucing Lenyap dari Dunia karya Genki Kawamura. Novel yang memiliki tebal 255 halaman ini menceritakan seorang tokoh yang kita sebut saja sebagai "Aku" atau kita panggil sebagai Bujang saja biar terasa Jambinya. Bujang ini berprofesi sebagai tukang pos yang selalu mengirimkan surat dari satu rumah ke rumah lainnya.

Bujang ini memiliki flu berat yang tak kunjung sembuh. Ketika Bujang ini mencoba memeriksa kesehatannya, baru tahu Bujang ini terkena penyakit Tumor Otak Stadium IV. Menurut dokter hidupnya tidak akan lama lagi.

Menjelang kematiannya Bujang bertemu dengan Doppelganger (bayangan kematiannya sendiri). Doppelganger memperkenalkan diri sebagai iblis dengan tubuh manusia dan memakai kemeja pantai. Iblis ini kemudian hari dikenal sebagai Aloha. Aloha menawarkan memperpanjang umur dengan syarat menghilangkan benda di dunia ini.

Bujang akhirnya setuju dengan persyaratan itu lalu menukar berbagai hal untuk memperpanjang umurnya.

Nah, Bujang memiliki seekor kucing yang selalu setia menemaninya. Kucing ini dinamakan Kubis. Kubis adalah seekor kucing yang dititipkan oleh almarhum Ibunya untuk dirawat. Kucing ini sendiri tidak hanya sebagai figuran atau tokoh yang dibuat agar novel ini laku terjual. Kucing ini kemudian menjadi pusat cerita yang menghubungkan kehidupan Bujang, Ibu dan Ayahnya.
Berikut ini adalah beberapa barang yang dibuang Bujang demi menyambung hidup:
1. Telepon
2. Film
3. Jam
4. Kucing

Dokomentasi Arisan Materi (dokpri)
Dokomentasi Arisan Materi (dokpri)


Bujang sendiri sebenarnya tidak menginginkan benda itu hilang. Dia lebih memilih benda tidak berguna seperti coklat untuk menghilang. Kenyataannya transaksi Iblis membutuhkan barang berharga jadilah 4 hal yang sangat berarti dalam hidup Bujang dihapus satu persatu. Ya seperti kata pepatah, ada uang ada barang. Mau nambah umur ya hal berguna untuk hidupmu kita buang.

Dalam perjalanannya Bujang sadar bahwa iblis sengaja menghapus 4 hal tadi karena memiliki alasan-alasan tersembunyi. Alasan ini sengaja tak diberitahu kepada Bujang agar dia merasakan dampak kehilangan sesuatu yang tampak berharga padahal ga penting-penting amat. Nah mari kita urai satu persatu alasannya

1. Telepon
Harus diakui kita selama ini kecanduan gawai. Duduk sebentar dapat dipastikan kita wajib megang ponsel. Pokoknya hp adalah salah satu bagian tubuh kita yang mesti kita perhatikan karena kalau nggak dipastikan hidup kita bakal terasa hambar.

Nah hal ini juga terasa dalam tokoh Bujang. Bujang begitu bergantung dengan telpon. Saking bergantungnya dengan telpon dia mau pacaran, bahkan mencegah putus harus melalui telpon. Telpon menjadi narkoba yang efeknya begitu bikin nagih lagi dan lagi.

Kita bisa membaca efek ketagihan itu melalui kutipan berikut ini:

"Masa itu kami bisa berbincang bincang terus selama dua tiga jam atau lebih melalui telepon. Padahal jarak antara rumahku dan rumahnya bisa ditempuh hanya dalam 30 menit dengan berjalan kaki. Adakalanya kami berbicara melalui telepon sepanjang delapan jam dan tertawa bersama sambil berkata, "Kalau begini, sebaiknya kita bertemu saja untuk mengobrol, ya."

Tapi itu tidak benar. Saat kami bertemu muka, tak ada yang kami bicarakan. Sensasi jarak khas percakapan melalui telepon yang jauh secara fisik, tapi terasa dekat secara psikologis itulah yang menyediakan kami hal-hal yang ingin dibicarakan dan memberi warna cemerlang pada hal-hal yang sebenarnya tak berarti."
Kenyataannya Bujang adalah remaja masa kini pada umumnya. Kalau dichat, telpon atau VC bisa sampai berjam-jam. Giliran ketemu cuma diam saja tanpa bicara sedikitpun. Kamu pasti pernah mengalami ini juga kan?

Dalam perjalanannya Bujang berlibur dengan pacarnya ke Buenos Aires, Argentina. Bujang bertemu dengan seorang pria Jepang yang ramah bernama Tom. Setiap bertemu Tom selalu bicara pengalamannya keliling dunia. Sayangnya umur Tom tidak panjang, beberapa hari kemudian Tom meninggal dunia karena kecelakaan.

Selepas Tom meninggal hubungan Bujang dan pacarnya memburuk bahkan mereka bisa berdiam lama sekali dalam penerbangan pulang. Bujang berharap memiliki telpon agar hubungan mereka yang renggang ini bisa di selamatkan. Walau kenyataannya Bujang ketika sudah pulang malah memutusi pacarnya dengan telpon dengan durasi bicara tak lebih dari 5 menit. Sungguh nyesek.

Dokumentasi Arisan Materi Komunitas Jari Menari (dokpri)
Dokumentasi Arisan Materi Komunitas Jari Menari (dokpri)


2. Film
Film adalah barang kedua yang berharga bagi Bujang. Di sini Bujang berteman dengan Tsutaya, seorang introvert penggila film. Tsutaya adalah orang yang jago meracuni Bujang dengan rekomendasi film yang begitu recomended. Kemudian hari Tsutaya bekerja membuka rental DVD untuk menyewakan film.

Meskipun jago rekomendasi film, Tsutaya tidak berdaya ketika harus merekomendasikan film terakhir untuk Bujang tonton. Ya siapa juga yang sanggup ketemu sohib udah lama ga ketemu eh sekali ketemu bilang mau meninggal.

Pada akhirnya Tsutaya hanya memberikan DVD kosong kepada Bujang. Ya sungguh bagian tragis dalam hidup Bujang.

Pada akhirnya Bujang sadar bahwa film terakhir yang dia tonton adalah film tentang kehidupannya sendiri. Pada akhirnya memang sebuah hiburan khususnya film dikatakan menarik karena berkaitan dengan kehidupan masing-masing. Manusia menjadi merasa perlu menonton karena itu merupakan "gue banget".

Saya teringat dengan mitos ketika seseorang akan meninggal manusia akan melihat kehidupannya mulai dari lahir hingga dia meninggal. Dia melihat setiap detil kehidupannya dengan teliti. Lalu ketika nafas hilang, kehidupan baru datang di alam kematian.


3. Jam
Jam adalah bagian terpenting dalam hidup Bujang. Dari sini kita tahu bahwa Ayah Bujang memiliki toko jam dan ahli reparasi jam. Dari sini juga diketahui bahwa hubungan bujang dan ayahnya tidak begitu dekat. Mereka seringkali bertengkar akan banyak hal. Ya seperti sindrom oedipus complex yang diderita pria lainnya, seringkali anak laki-laki akan bertengkar dengan Ayahnya. Fenomena ini adalah hal umum yang terjadi di semua anak laki-laki dengan tujuan merebut perhatian dari cinta pertama dalam kehidupan laki-laki.

Puncak pertengkaran Bujang dan Ayahnya ketika Ibu sudah dalam kondisi kritis. Ibu yang mau meninggal meminta Ayah untuk memperbaiki jam tangannya. Sialnya ketika detik-detik hendak meninggal Sang Ayah tidak ada di tempat dan Sang Anak hanya bisa menjadikan Ayahnya pelampiasan kemarahannya.

Tak hanya pertengkaran Ayah dan anak yang mewarnai novel ini. Ada juga sebuah pesan menohok betapa sibuknya manusia dengan waktu, seolah-olah waktu begitu berharga bagi manusia padahal manusia sendirilah yang mencipatakan waktu.

"Kalau dipikir baik baik, manusia tidur, bangun, bekerja, dan makan berdasarkan ketentuan yang disebut waktu. Dengan kata lain, manusia hidup sesuai dengan jam. Manusia repot-repot menemukan aturan yang disebut waktu, tahun, bulan, dan hari untuk membatasi diri sendiri. Kemudian menemukan jam untuk memastikan aturan yang disebut waktu.

Ada aturan berarti kebebasan menjadi terbatas. Namun, manusia menggantung ketidak- bebasan itu di dinding, dan meletakkannya di dalam kamar. Seolah-olah itu saja tidak cukup, manusia memasangnya di semua tempat manusia melakukan kegiatan. Bahkan, akhirnya melilitkan waktu pada pergelangan tangannya sendiri.

Namun, sekarang aku bisa memahami apa artinya itu dengan baik.
Kebebasan disertai kegelisahan.

Sebagai gantinya kehilangan kebebasan, manusia memperoleh ketenangan sebab adanya aturan."

4. Kucing
Pada bagian ini Bujang tidak bisa berkompromi dengan Aloha. Ya, Bujang begitu sulit untuk melepaskan Kubis Si Kucing. Alasannya sederhana, Kubis merupakan pengganti Ibunya yang sudah meninggal.

Semakin dewasa, Bujang semakin tenggelam dalam kehidupannya. Ibu yang merasa kesepian akhirnya memelihara Salada, kucing pertama untuk menggantikan posisi Bujang. 

Setelah Salada meninggal posisi ini digantikan Kubis, kucing kedua. Kubis adalah anak kedua yang selalu menemani kemana saja Ibu berada. Mulai dari menonton drama sejarah, belanja dan jalan-jalan. Saking dekatnya Kubis dengan Ibu, ketika Aloha memberikan kekuatan bicara kepada Kubis, Kubis malah berbicara dengan gaya lakon drama sejarah. "Hai Gusti Patih!"

Puncak kedekatan ini terjadi ketika Ibu yang sudah sakit parah malah minta jalan-jalan. Ibu yang sudah lama ingin ke pemandian air panas meminta Ayah, Bujang dan Kubis untuk berlibur. Tentu saja Ayah awalnya menolak hal ini hingga akhirnya setelah dibujuk Ayah mau ikut liburan. Awalnya ada kekacauan karena penginapan mereka sudah dipesan orang lain. Setelah pontang panting mencari penginapan mereka akhirnya bisa menemui penginapan untuk mereka sekeluarga.

Ketika selesai mandi air panas, Ibu, Ayah, Bujang dan Kubis foto bersama. Kenangan yang begitu membekas membuat Bujang sadar bahwa Ibu meminta liburan agar Bujang bisa dekat lagi dengan Ayahnya.

Setelah banyak hal di hilangkan, Bujang sadar bahwa hal yang ingin dia lakukan terakhir kali adalah menemui Ayahnya. Dia sadar bahwa membina keluarga adalah sebuah keharusan seperti yang tercantum dalam kutipan ini:

"Keluarga tu sebenarnya bukan sesuatu yang "ada". Keluarga tu seharusnya "dibina". Aku dan ayahku nyatanya sekadar dua pribadi yang hanya memiliki hubungan darah. Kami saling terbiasa, sampai akhirnya ketika kami tersadar, hubungan kami sudah terlalu berantakan sehingga sulit dipulihkan."


Pada akhirnya Bujang menemui orang terakhir yang begitu penting bagi hidupnya yakni Ayah. Dengan menggunakan seragam tukang pos, Bujang bersepeda membawa surat wasiatnya sendiri dan Kubis yang akan dititipkan ke Ayah.

Untuk mengakhiri tulisan ini saya akan menyertakan kutipan pamungkas:
"Bukannya manusia yang memelihara kucing, melainkan kucinglah yang mendampingi manusia."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun