Inem takut, ndoro. Inem takut padanya. Dia begitu besar. Dan kalau menggelut kerasnya bukan main hingga Inem tak bisa bernafas, ndoro…
D. Ibu si Inem: Perempuan desa yang tahu diri namun kurang terpelajar dan mudah mengikuti apa-apa yang diberbuat orang lain.
Kami bukan dari golongan priyayi, ndoro. Aku pikir dia sudah ketuaan setahun. Si Asih itu mengawinkan anaknya dua tahun lebih muda daripada anakku.
E. Bapak si Inem: Jauh dari orang baik-baik, kegemarannya berjudi sabung ayam dan merampok di tengah hutan; merupakan tokoh pendamping. Bukti:
Bapak si Inem seorang pengadu jago. Tiap-tiap hari kerjanya hanya berjudi dengan pertarungann jagonya…
Ibu pernah bilang padaku, bapak si Inem kerjanya yang terutama ialah membegal di tengah hutan jati antar kota kami Blora dan kota pesisir Rembang
F. Gus Muk: Sebagai narator dalam cerita, mempunyai karakter kekanakan yang khas dengan pemberontakan dan pertanyaan masa kecil. Berikut buktinya.
Tetapi aku datang saja ke rumahnya dengan mencuri-curi. Sungguh mengherankan kadang-kadang larangan itu ada dan penting hanya untuk dilanggar. Dan dalam pelanggaran itu ada terasa olehku bahwa apa yang kukerjakan waktu itu menikmatkan. Dan untuk kanak-kanak seperti aku pada waktu itu—oh, alangkah banyak larangan dan pantangan yang ditimpakan pada kepala kami…
Mengapa ada kecelakaan menimpanya?
Dicurikah ayam-ayam kita, bu?
4. Latar