Dunia sastra Indonesia selalu diwarnai oleh orang-orang yang luar biasa berbakat dalam merangkai kata-kata menjadi hal yang sangat indah. Salah satunya adalah Pramoedya Ananta Toer. Beliau adalah salah satu pengarang yang produktif dalam dunia sastra Indonesia. Beliau telah menulis 50 karya dan telah diterjemahkan ke lebih dari 41 bahasa asing. Salah satu karyanya adalah Inem dari bukunya yang berjudul Cerita dari Blora.
Cerpen Inem ini, seperti cerpen lain, memiliki unsur pembangun cerita yang saling mendukung dan merupakan satu kesatuan. Unsur-unsur tersebut disebut unsur intrinsik cerpen. Berikut ini adalah analisa unsur intrinsik cerita pendek 'Inem' karya Pramoedya Ananta Toer.
1. Tema
Kehidupan seorang gadis yang mendapat pelecehan setelah menikah di usia muda dan menjadi janda pada usia 9 tahun.
2. Tokoh
Inem, Gus Muk, Ibu si Gus Muk, Emak si Inem, Pak si Inem, dan adik si Inem.
3. Penokohan
A. Inem:Digambarkan sebagai gadis yang cantik, rajin, tak manja, dan sopan. Hal tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut.
…ia tergolong cantik buat gadis-gadis kecil di kampung kami.
Ia sopan, tak manja cekatan dan rajin
Inem menundukkan kepala. Ia sangat hormat terhadap bunda.
Ia selalu bicara pelan
Ndoro, kasihanilah aku ini
…Ia tinggal duduk di lantai
Dan kemudian,janda yang berumur sembilan tahun itu karena hanya membebani rumah tanggaorangtuanya boleh dipukuli oleh siapa saja: emaknya, adiknya yang lelaki,pamannya, tetangganya, bibinya
B. Ibu si Gus Muk: Digambarkan sebagai seorang wanita yang memegang teguh nilai-nilai kesopanan dan juga memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan perempuan lain saat itu. Hal tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut.
...Mbok Inem, kanak-kanak tak boleh dikawinkan ...nanti anaknya jadi kerdil-kerdil.
Bukan, Inem, karena kesopananlah itu.
Dan ibu puntetap memegang kesopanan rumah tangganya.
C. Markaban: Digambarkan sebagai suami yang beringas dan berbadan besar, jauh dari sifat baik, dan suka berbuat seenaknya. Berikut adalah buktinya.
Masih malam waktu itu. Dan teriakan itu diulang-ulang dibarengi dengan pukulan pada pintu dan berdembam-dembam aku tahu, teriakan itu ke luar dari mulut si Inem aku kenal suaranya
Ndoro, kasihanilah aku ini. Tiap malam dia mau menggelut saja kerjanya, ndoro
Inem takut, ndoro. Inem takut padanya. Dia begitu besar. Dan kalau menggelut kerasnya bukan main hingga Inem tak bisa bernafas, ndoro…
D. Ibu si Inem: Perempuan desa yang tahu diri namun kurang terpelajar dan mudah mengikuti apa-apa yang diberbuat orang lain.
Kami bukan dari golongan priyayi, ndoro. Aku pikir dia sudah ketuaan setahun. Si Asih itu mengawinkan anaknya dua tahun lebih muda daripada anakku.
E. Bapak si Inem: Jauh dari orang baik-baik, kegemarannya berjudi sabung ayam dan merampok di tengah hutan; merupakan tokoh pendamping. Bukti:
Bapak si Inem seorang pengadu jago. Tiap-tiap hari kerjanya hanya berjudi dengan pertarungann jagonya…
Ibu pernah bilang padaku, bapak si Inem kerjanya yang terutama ialah membegal di tengah hutan jati antar kota kami Blora dan kota pesisir Rembang
F. Gus Muk: Sebagai narator dalam cerita, mempunyai karakter kekanakan yang khas dengan pemberontakan dan pertanyaan masa kecil. Berikut buktinya.
Tetapi aku datang saja ke rumahnya dengan mencuri-curi. Sungguh mengherankan kadang-kadang larangan itu ada dan penting hanya untuk dilanggar. Dan dalam pelanggaran itu ada terasa olehku bahwa apa yang kukerjakan waktu itu menikmatkan. Dan untuk kanak-kanak seperti aku pada waktu itu—oh, alangkah banyak larangan dan pantangan yang ditimpakan pada kepala kami…
Mengapa ada kecelakaan menimpanya?
Dicurikah ayam-ayam kita, bu?
4. Latar
Tempat: Blora (sebagai tempat tinggal Inem), di rumah Inem, dapur.
Waktu: Lima hari sebelum dikawinkan, jam 3 pagi, pada suatu sore, di malam hari.
Suasana: Tegang (saat Inem berteriak hampir setiap malam), sedih (saat Inem bercerita pada ibu si Gus Muk).
5. Alur
Alur yang digunakan penulis pada cerpen ini adalah alur maju. Penulis mengurutkan kejadian dari A-Z dimulai dari Inem diperkenalkan, dinikahkan, hingga akhirnya cerai dengan suaminya pada usia 9 tahun.
6. Gaya Cerita
Penulis menggunakan kosakata Jawa kuno untuk memberi kesan 'klasik' (contoh: ndoro, dan sebagainya) sesuai dengan latar waktu yang digunakan; bahasanya sederhana dan mudah dimengerti.
7. Sudut Pandang
Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang digambarkan sebagai tokoh Gus Muk sebagai narator dan pemeran sentral yang mendominasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kata 'dia' yang digunakan untuk menceritakan tokoh Inem.
8. Amanat
Walaupun penulis menyiratkan pesan yang terkandung dalam cerita, namun pesan tersebut masih dapat dimengerti oleh pembaca awam. Beberapa pesan yang dapat diambil adalah setiap manusia hendaknya bekerja keras untuk mempertahankan hidupnya. Selain itu, suatu ilmu yang kadang dianggap tabu sebenarnya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pendidikan sek.
---
Cerpen 'Inem' karya Pramoedya Ananta Toer ini dapat dibaca pada link berikut ini: Inem karya Pramoedya Ananta Toer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H