Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Presiden Baru dan Tantangan Deindustrialisasi

17 Februari 2024   08:59 Diperbarui: 19 Februari 2024   17:01 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan insentif menguntungkan yang ditawarkan pemerintah negara tujuan juga ikut mendorong relokasi. Insentif tax holiday dan upah buruh murah, misalnya mendorong perpindahan perusahaan-perusahaan Jepang dan  AS ke Vietnam atau ke Indonesia.

Penyebab lain adalah penutupan industri akibat liberalisasi pasar domestik. Industri yang sebelumnya hidup dalam pasar yang diproteksi, tidak mampu bertahan menghadapi jenis industri baru yang lebih efisien, masuk berkat liberalisasi impor dan investasi. 

Infant Industry (industri lokal yang masih bayi) telah hidup dengan proteksi ketat pemerintah. Ketika proteksi dihapus, mereka tidak mampu bersaing dengan pemain baru dalam pasar domestik.

Di Indonesia, menghilangnya beberapa produk eletronik dan rumah tangga seperti Maspion pasca kebijakan liberalisasi mulai 1998, adalah contoh kasusnya. 

Demikian juga penutupan industri truk Texmaco yang sempat menghasilkan truk-truk militer bagi TNI. Di AS, mulai tahun 1980-an, masuknya mobil-mobil Jepang yang lebih irit bahan bakar dan lebih murah membua Ford harus mereorganisasi jaringan produksinya.

Globalisasi produksi adalah faktor lain. Kompetisi ketat dalam pasar global membuat perusahaan mencari produksi yang lain efisien dan mendatangkan keuntungan. 

Upaya ini dilakukan dengan mengembangkan jaringan produksi global. Sebelumnya 1980-an, sebuah produk dibuat di negara asal, lalu diekspor ke negara lain. 

Kemudian, di tahun mulai 1980-an berkembang 'off shore production'. Dalam model ini, perusahaan memindahkan pabrik keluar negeri atau mengembangkan sistem sub-kontrak ke perusahaan di negara-negara lain. Model sub-kontrak, misalnya, diterapkan dalam industri pakaian jadi dan alas kaki seperti sepatu Nike.

Saat ini model produksi, khususnyA di sektor industri berteknologi tinggi,  berubah total. Di sektor industri otomotif, produksi mobil dilakukan dalam jaringan global yang memfokuskan diri pada level produksi berbeda. Sebuah mobil Toyota, misalnya, dihasilkan dari kurang lebih 3000 ribu komponen. 

Bagian-bagian mobil tidak lagi dibuat di negara asal merek, tetapi diserahkan pada cabang pabrik atau pabrik pemasok di negara berbeda. 

Oleh karena itu, yang dikejar adalah rantai nilai. Untuk pasar Asia, misalnya, Toyota menggabungkan Chasis, karet, panel kopkit, ban, mesin, kursi yang dibuat di lokasi berbeda. Yang dikejar adalah efisiensi dan nilai tambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun