Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Presiden Baru dan Kelanjutan Neo-Developmentalisme?

14 Februari 2024   23:08 Diperbarui: 15 Februari 2024   14:10 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Developmentalisme lama ditopang oleh rezim otoriter birokratis. Neo-developmentalisme berjaan dalam rezim politik demokratis. 

Meskipun demikian, oposisi terhadap pemerintah lemah karena partai dikendalikan melalui akomodasi politik. Gerindra yang diharapkan menjadi oposisi kuat ikut bergabung dalam pemerintah. 

Partai-partai yang memiliki potensi menjadi oposisi juga diberi kursi menteri. Hanya PKS dan Demokrat yang tetap berada di luar pemerintahan. 

Dalam kondisi ini, negara tetap 'omnipotent' meski sistem politik demokratis. Dampaknya adalah hampir tidak ada perlawanan berarti terhadap kebijakan pembangunan pemerintah selama Jokowi berkuasa.

Keempat, negara juga 'omnipresent' melalui kebijakan sosial. Negara hadir di mana-mana melalui upaya pengurangan ketimpangan sosial. 

Subsidi, terutama subsidi BBM sempat turun di awal pemerintahan Jokowi yakni 2014-2015. Subsidi kemudian dinaikkan lagi pada tahun-tahun sesudahnya. 

Subsidi memang bertujuan meringankan beban masyarakat, tetapi saat bersamaan subsidi juga merupakan alat negara untuk membangun legitimasi. 

Selain subsidi, belanja sosial juga disalurkan melalui berbagai macam kartu, seperti kartu Indonesia pintar dan Kartu Indonesia sehat. 

Program belanja sosial menghadirkan sebuah pemerintah yang 'benovelent' (murah hati) dan ini menjelaskan mengapa tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi terus tinggi.

Bagaimana Presiden Baru?

Apakah presiden baru akan melanjutkan model neo-developmentalisme? Sangat mungkin karena model ini, khususnya belanja sosial, telah menarik dukungan publik terhadap pemerintah Jokowi selama 2 periode. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun