Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Komunitas

8 Februari 2024   10:26 Diperbarui: 10 Februari 2024   04:12 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kominfo.go.id/content/detail/52406

Program pemberberdayaan masyakarat (community empowerment) diadopsi sebagai jalan untuk mendorong pemerataan pembangunan dan meningkatkan produktivitas sosial. 

Pendekatan ini  merupakan respon terhadap gagasan neoliberal tentang persamaan kesempatan ekonomi sebagai dasar pembangunan. Sayangnya, persamaan kesempatan hanya efektif bagi kelompok marjinal  kalau ada pemilikan sumber daya. 

Dalam ketimpangan distribusi sumber daya, ide persamaan kesempatan hanya memberi kesempatan pada yang telah memiliki sumber daya. Pemberdayaan komunitas, menjadi jalan untuk membuka kesempatan bagi kelompok marjinal dan miskin dengan membuka akses ke sumber daya kapital, pengetahuan, sumber daya alam, keuangan dan sumber daya lain. Pemberdayaan komunitas dengan demikian mencegah ketimpangan ekstrim, mengurangi ketergantungan sosial ekonomi pada negara dan mendorong pembangunan berbasis kekuatan lokal.

Sebagai jalan tengah antara pendekatan pasar kompetitif dan akumulatif dengan intervensi negara berlebihan, pemberdayaan komunitas harus memenuhi beberapa prinsip. Life (2002) menyebut lima prinsip yakni prinsip ekologis, keadilan sosial, menghormati nilai setempat, menekan proses, prinsip-prinsip global dan lokal. 

Pada hemat saya, pemberdayaan komunitas harus memenuhi tiga prinsip: pemanfaatan konteks dan sumber daya setempat, menjadi sarana keadilan dan proses yang demokratis-parsitipatif.  

Memperhatikan Konteks dan Memanfaatkan Sumber daya Setempat

Memanfaatkan pengetahuan dan Keterampilan Setempat. Komunitas yang menjadi bagian pemberdayaan bukan sebuah ruang kosong. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang telah dipratekkan selama ratusan tahun. 

Demikian juga komunitas-komunitas masyarakat di Pulau Sapudi dan Raas telah memiliki pengetahuan tentang musim, cara beternak, pola penangkapan ikan, pola berladang dan memilih jenis tanaman. 

Pengetahuan ini dihasilkan dari pemahaman terhadap alam dan situasi setempat selama beberapa generasi. Pengenalan sebuah gagasan, pengetahuan, teknologi dan cara kerja baru perlu memperhatikan konteks pengetahuan lokal. Pengetahuan dan keterampilan itu bisa diintegrasikan dalam program pemberdayaan dengan beberapa modifikasi yang diperlukan.

Keterampilan setempat juga berhubungan dengan pemilihan pendamping dan keseluruhan manajemen program. Pendamping lokal memahami  kondisi esosial ekonomi, konteks budaya, pengetahuan setempat yang dapat diberdayakan dalam tata kelola program pemberdayaan.

Memperhatikan konteks budaya. Faktor budaya juga perlu mendapat perhatian. Kadang-kadang sebuah program pemberdayaan tidak berjalan lancar  karena dianggap bertentangan dengan budaya setempat. Program pemberdayaan melalui koperasi kredit dengan sistem bunga mungkin ditolak karena bertentangan dengan ajaran agama. Karena itu, pendamping dan lembaga donor perlu mengembangkan model keuangan mikro lain yang lebih sesuai dengan kultur dan tradisi keagamaan setempat. 

Mulai dari Sistem Solidaritas Setempat. Satu elemen penting adalah sistem nilai yakni solidaritas atau kesetiakawanan sosial. Komunitas memiliki sistem solidaritas yang berisi ajaran, mekanisme dan sistem tindakan tentang bagaimana manusia hidup dan menolong satu sama lain. 

Kesetiakawanan sosial  mengatur tentang bagaimana anggota masyarakat membantu mereka yang miskin, melindungi mereka yang lemah dan tidak berdaya, seperti perlindungan pada perempuan dan anak-anak. 

Sistem solidaritas juga mengatur bagaimana masyarakat bertindak bersama saat mengalami bencana kekeringan, kelaparan, wabah penyakit dan bencana lain. Sistem solidaritas  berakar dari pengalaman hidup bersama, pengalaman mengalami bencana dan ancaman terhadap komunitas selama ratusan tahun. 

Ajaran agama menjadi sumber penting dalam sistem solidaritas. Karena itu, pendamping dan manajemen program dapat memanfaatkan sistem kesetiakawanan ini dalam perencanaan dan implementasi program pemberdayaan.

Pola-pola mobilisasi dan partisipasi perlu mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan pertemuan setempat. Sebagai contoh, tradisi arisan, pengajian atau bentuk pertemuan lain bisa dimanfaatkan dalam proses pengembangan kesadaran dan dukungan terhadap program. Membentuk sebuah forum pertemuan baru bisa jadi tidak efektif karena tidak mengikuti tradisi pertemuan setempat.

Pemanfaatan sumber daya setempat. Pemberdayaan ekonomi komunitas harus beranjak dari apa yang ada dalam komunitas. Lingkungan tempat pemberdayaan  memiliki potensi sumber daya untuk pengembangan pertanian, peternakan sapi, atau  hasil laut terutama ikan. 

Tradisi hidup sebagai nelayan, hutan bakau, bekas tambang batu dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata. Hutan di sebuah dan desa-desa tetangga  mungkin cukup bagus untuk perkemahan, bush walk dan wisata alam lain. Dengan demikian, program pemberdayaan bisa memperkenalkan cara baru menata, mengelola dan mempromosikan berbagai potensi tersebut. 

Dalam pemberdayaan di sektor pertanian, tanah adalah sumber daya lokal yang bisa dimanfaatkan. Yang baru dalam pemberdayaan adalah jenis varietas yang cocok dengan tanah setempat. Dengan demikian yang diperkenalkan itu mungkin berupa teknologi pemupukan  untuk meningkatkan produktivitas.

Menjadi sarana Promosi keadilan

Akar dari kemiskinan, kemalangan, ketidakberdayaan adalah struktur sosial, budaya dan politik yang menghambat distribusi sumber daya, akses dan kesempatan kelompok marjinal. Pilihan-pilihan program pemberdayaan perlu diarahkan untuk mengatasi ketidakadilan struktural tersebut.

Merespons ketidakadilan struktural. Di sebagian desa, program-program pemberdayaan kadang tidak menjangkau kelompok rentan seperti keluarga miskin, perempuan dan anak-anak karena struktur kekuasaan yang mencegahnya. 

Orang miskin mungkin punya tanah, tetapi distribusi pupuk atau bibit tanaman tidak diperoleh karena tidak memiliki hubungan dengan pihak yang berpengaruh dalam pembagiannya.            

Pemberdayaan komunitas didesain untuk membuka ruang  bagi kelompok rentan untuk mengakses berbagai kesempatan ekonomi dan sosial. Melalui pengembangan ekonomi, misalnya, mereka dapat belajar bersama pendamping dan anggota kelompok lain untuk belajar pengetahuan baru, keterampilan usaha dan kapasitas lain sehingga bisa keluar dari kungkungan struktural yang menghambat.

Dalam masyarakat pertanian di mana tanah dimiliki oleh sekelompok orang, kelompok marjinal bergantung pada tuan tanah. Lingkaran ketergantungan ini sulit diputus karena  keluarga-keluarga tak punya tanah bekerja dalam syarat-syarat yang stabil dan dipraktekkan selama ratusan tahun. 

Program pemberdayaan dalam bentuk pengembangan usaha kecil, seperti kerajinan, pengolahan hasil pertanian, suvenir, simpan pinjam atau bentuk-bentuk pemberdayaan lain dapat memutus relasi struktural ini denga membuka sumber ekonomi baru bagi keluarga-keluarga yang tidak punya tanah.

Memberdayakan kelompok yang paling Membutuhkan. Satu prinsip penting dalam keadilan adalah memberdayakan kelompok yang paling membutuhkan. Jenis program atau proyek harus disepakati bersama. 

Analisis kebutuhan dilakukan secara tepat sehingga pilihan dapat membantu kelompok paling rentan yakni keluarga miskin, penduduk usia lanjut, kaum perempuan dan anak-anak. 

Pembangunan tembok sekolah mungkin penting tetapi kurang dibutuhkan. Program pengolahan jagung, kerajinan anyaman dari pandan lebih dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga-keluarga miskin.

Melindungi dan memenuhi Hak-hak dasar. Perlindungan  hak-hak asasi kelompok rentan menjadi prinsip lain dari keadilan dalam program pemberdayaan. Hak asasi di sini mencakup terutama hak-anak dasar seperti pekerjaan dan pendapatan, kesehatan, pendidikan, kekebasan dari tekanan politik  dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan pembuatan keputusan di tingkat lokal.

 

Proses juga merupakan tujuan Pemberdayaan

Pentingnya proses. Program pemberdayaan, terutama pengembangan ekonomi, pendapatan rumah tangga, sering terlalu menekankan tujuan. Kenaikan pendapatan menjadi sasaran yang dikejar. Pendekatan means-ends (sasaran-tujuan) mengabaikan pentingnya proses. 

Sarana berbentuk dana, alat transportasi, pendamping, barang dan jasa, regulasi digunakan untuk mengejar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam desain program. Apa yang terjadi dalam proses perlu mendapat perhatian para pendamping dan manajemen program. 

Dalam proses, anggota komunitas belajar berorganisasi, mengidentifikasi akar masalah yang dihadapi, merumuskan langkah bersama, membuka pikiran pada ide baru, wawasan dan pengetahuan baru dan mengevaluasi diri mereka sendiri dalam pencapaian program. 

Selain itu, mereka juga belajar berdemokrasi secara 'genuine' (asli dan nyata) melalui proses-proses di atas. Dengan demikian, pencapaian dalam proses dapat menjadi pencapaian tujuan program itu sendiri.

Sabar Membangun kesadaran dan kerja sama komunitas melalui persuasi.  Pemberdayaan membutuhkan perubahan sikap, perilaku dan dukungan komunitas. Perubahan membutuhkan waktu dan proses 'bujukan' (persuasi) terus-menerus. 

Kesabaran para pendamping dan manajemen program dalam membangun dukungan anggota komunitas menjadi elemen penting dalam perubahan tersebut. Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk membangun kesadaran dan kerja sama anggota dalam berbagai tahap program. 

(a), meminta dukungan tokoh agama, tokoh masyarakat untuk berbicara tentang pentingnya dan manfaat program. 

(b) Memanfaatkan organisasi, perkumpulan, pertemuan setempat sebagai sarana sosialisasi untuk membangun kesadaran dan dukungan sosial.    

(c) mengundang komunitas lain yang telah berhasil mengubah hidup mereka dari tempat itu atau dari luar.

(d) membawa beberapa anggota berpengaruh untuk mengunjungi dan melihat contoh program pemberdayaan tempat lain yang berhasil. 

(e) memberikan informasi lisan atau tertulis dengan berbagai saluran media. Keenam, kadang-kadang para pelopor perlu datang dan 'mengobrol berulang-ulang.         

Melakukan Pendampingan terus-menerus. Prinsip ini terutama diterapkan dalam implementasi. Frekuensi kehadiran dan kunjungan para pendamping ikut menentukan arah dan keberhasilan implementasi program. Proses pemberdayaan adalah proses belajar dan pendampingan yang konstan dan terus-menerus adalah bagian dari proses itu. 

Bagi pendamping, kunjungan kelompok atau  kunjungan rumah menjadi sarana persuasi, pemantauan dan memberi perhatian pada kelompok yang didampingi. Bagi kelompok sasaran, kunjungan itu memberi kesempatan untuk (a) bertanya, berkonsultasi tentang hal-hal yang harus mereka lakukan, seperti sistem laporan keuangan, produksi atau mungkin pemasaran. (b) mencari cara keluar bersama-sama jika terjadi hambatan dalam kelompok.         

Pengalaman  personal dalam evalusi program pemberdayaan di Aceh dan Nias menemukan fakta menarik. Kelompok-kelompok yang pendampingnya tinggal di tengah mereka dan bertemu terus-menerus secara informal relatif berhasil dalam pengembagan usaha mikro. Kelompok yang pendampingnya relatif jarang datang, tidak terlalu berhasil dalam program pengembagan usaha mikro maupun pertanian.

Menjamin Partisipasi anggota dan   inklusivitas. Pemberdayaan bertujuan untuk mengatasi persoalan sosial ekonomi anggota komunitas yang paling membutuhkan. Suara mereka perlu didengarkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi program. 

Dengan demikian, partisipasi dan inklusivitas menjadi prinsip kunci. Partisipasi berkaitan dengan keikutsertaan mereka dalam (a) merencanakan dan memilih aktivitas, pembentukan kelompok; (b) prosedur implementasi (Misalnya waktu, siapa, berapa banyak); (c) mekanisme dan bentuk evaluasi untuk membantu mereka mengukur keberhasilan program dari perspektif mereka sendiri.

Partisipasi berhubungan dengan dua prinsip lain yakni inklusivitas dan ketepatan dalam identifikasi kebutuhan. Inklusivitas berhubungan dengan prinsip bahwa semua anggota komunitas yang berbeda budaya, agama, etnis, kelas sosial atau jenis kelamin tidak boleh disingkirkan. Program pemberdayaan sedapat mungkin 'merangkul' semua orang dengan perbedaan-perbedaan tersebut.

Selain itu, partisipasi yang cukup membantu identifikasi kebutuhan komunitas secara tepat sehingga program pemberdayaan dapat menjawab persoalan yang paling dirasakan. Mendengar suara mereka yang paling membutuhkan membantu memilih jenis program yang cocok, mekanisme pendampingan dan prosedur implementasi yang sesuai.

Transparansi dan Akuntabilitas. Tranparansi adalah soal keterbukaan informasi. Jenis informasi bisa berupa distribusi bantuan antar kelompok, waktu dan jumlah yang diterima, siklus program, jenis program, hak dan kewajiban para anggota, mekanisme bentuk pelaporan dan kalau ada mekanisme sanksi dan insentif tambahan.  Sedangkan akuntablitas menyangkut pertanggungjawaban pada pemangku kepentingan internal yakni anggota kelompok. Juga kepada pemangku kepentingan eksternal yakni pemberi bantuan, lembaga pengawas atau pihak lain yang relevan. 

Pertanggungjawaban menyangkut tiga hal yakni (a) penggunaan sumber daya keuangan, sumber daya manusia, fasilitas atau sumber daya lain; (b) prosedur baik perencanaan, implementasi dan evaluasi; (c) pertanggungjawaban soal hasil program. 

Apakah penggunaan sumber daya dan prosedur berhasil atau mengapa tidak berhasil mencapai tujuan program.Selain berpengaruh kuat terhadap keberhasilan pemberdayaan, dua prinsip ini sangat membantu pencegahan dan pengelolaan konflik. Konflik dalam kelompok  sering muncul akibat ketertutupan informasi yang melahirkan kecurigaan antar anggota. Hal ini menimbulkan perpecahan yang sering menghambat pelaksanaan dan pencapaian tujuan program pemberdayaan.

Penutup

Prinsip-prinsip pemberdayaan di atas bersifat universal dan berlaku dalam program pemberdayaan di berbagai tempat. Penerapan bisa disesuaikan dengan prosedur dan konteks setempat. Para pendamping misalnya bisa menyesuaikan model-model sosialisasi program dengan kebiasaan setempat, dalam membangun kesadaran dan  dukungan komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun