Kaum miskin memiliki Aset dan kapasitas
Kaum miskin mungkin memiliki kapasitas dan aset untuk bertindak dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Aset itu bisa berupa milik individu atau dimiliki secara kolektif oleh komunitas. Aset individu bisa berupa tanah, hewan, rumah; diri sendiri atau anggota keluarga sebagai tenaga kerja; hubungan keluarga, suku, budaya atau relasi sosial lain dan kondisi psikologis yakni niat untuk meningkatkan taraf hidup. Mereka juga memiliki kemampuan dasar untuk bekerja, melihat peluang kemajuan dan mengambil inisiatif.
Di satu sisi, orang-orang paling tidak berdaya dalam komunitas mungkin tidak memiliki aset material. Di sisi lain mereka mungkin memiliki kapasitas psikologis dan kualitas kepribadian yang dapat dimanfaatkan dalam upaya sering dianggap tidak memiliki aset dan kemampaun.
Dalam realitas mereka sebenarnya mempunyai sesuatu yang menjadi dasar bagi peningkatan kesejahteraan mereka. Misalnya seorang tukang becak atau petani memiliki kesehatan, kemauan, tenaga, kejujuran, niat, kredibilitas sosial sebagai 'orang baik dan bisa dipercayai'.
Melalui sistem jaminan kolektif, kapasitas dan kualitas ini harusnya dapat menjadi 'modal' untuk mengakses program atau melibatkan mereka sebagai peserta aktif dalam program pemberdayaan ekonomi atau program lain.
Aset dan kapabilitas individual bisa ditopang oleh aset dan kapabilitas kolektif. Sebagai anggota komunitas, orang miskin dapat menyuarakan aspirasi mereka melalui organisasi komunitas.
Bentuknya bisa berupa perkumpulan, lembaga sosial dan keagamaan, rukun tetangga, rukun warga, paguyuban, kelompok perempuan, kelompok petani dan nelayan atau organisasi komunitas lain.
Organisasi-organisasi ini juga bisa menjadi bentuk perwakilan orang miskin, selain perwakilan formal melalui badan perwakilan desa atau lembaga perwakilan informal di tingkat lokal.Â
Kesamaan identitas, yakni kesadaran seseorang tentang siapa dirinya, dan komunitas mana ia menjadi bagian merupakan aset penting lain. Identitas dapat didasari kesamaan tempat tinggal, kesamaan pengalaman, kesamaan asal, suku, budaya, agama atau nasib.
Dalam kaitan dengan pemberdayaan, identitas mempengaruhi kekuatan ikatan antar anggota kelompok, kesadaran akan tanggung jawab bersama, proses pelibatan ke dalam program pembangunan komunitas.