Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Perlu Menimbun Minyak

10 Maret 2022   14:45 Diperbarui: 10 Maret 2022   15:47 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sanksi Barat pada Rusia, sebagai akibat invasinya ke Ukraina,  memaksa perusahaan-perusahaan minyak menghentikan operasi di Rusia. Joe Biden juga melarang perusahaan-perusahaan AS mengimpor minyak dari Rusia. 

Pasar global menangkap resiko kurang pasokan minyak beberapa bulan ke depan. Dampaknya adalah kenaikan harga minyak. Basket Price (harga paket) minyak OPEC memanjat tinggi. Tanggal 25 Februari masih  $ 96,7 (25 /2/2022. Tanggal 8 Maret 2022 sudah bertengger di  $ 127,93 (8/3/2022).

Kalau perang tidak berhenti, harga minyak akan terus melonjak. Demikian juga harga gas alam. Harga dua jenis energi ini sangat sensitif terhadap gangguan pasokan. Negara pengimpor minyak, seperti Indonesia adalah yang paling terkena dampaknya.  Harga BBM mungkin harus dinaikkan di bulan mendatang. Keributan politik lalu akan menyusulnya.

Sudah saatnya Indonesia menimbun minyak ketika harga murah. Bukan minyak goreng tetapi minyak bumi.  Istilah kerennya Strategic Petroleum Reserve (SPR) atau cadangan minyak srategis.  Minyak yang sengaja ditimbun untuk mengantisipasi krisis.

Fungsi  SPR

Secara sederhana, SPR adalah sejumlah minyak yang disimpan sebuah negara. Minyak bisa disimpan dalam tanah, atau di dalam tangki. Idealnya tangki-tangki itu ditanam dalam tanah dan tersebar di beberapa wilayah. Kalau perang, tangki-tangki itu tidak mudah diledakkan musuh

Minyak simpanan berfungsi dua. Pertama, menjaga ekonomi tetap berputar saat terjadi krisis energi global. Kedua, menjaga mesin perang bisa beroperasi saat keamanan nasional terancam oleh serangan militer. Katanya, kalau perang cadangan minyak itu minimal bisa bertahan tiga bulan. Untuk menimbun minyak bumi, pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta.

AS bikin SPR sejak krisis minyak tahun 1974. Tindakan itu dilakukan untuk merespon embargo OPEC. Tangki-tangki bawah tanah berada di negara bagian Lousiana dan Texas. Pada tahun 2020, AS memiliki cadangan minyak mentah sebesar 650 juta barel (www.iea.org)

Model AS lalu ditiru oleh International Energy Agency (IEA). Organisasi ini mewajibkan anggotanya membangun cadangan minyak. Saat terjadi krisis pasokan, negara-negara anggota akan melepas sejumlah minyak dari cadangan ke pasar. Harga minyak akan relatif stabil karena pasokan yang cukup.

Nuklir mencegah lawan untuk  menyerang duluan. SPR mencegah  produsen  dan pedagang   menaikkan harga minyak saat terjadi krisis. Misalnya, pada 1 Maret 2022, Presiden Biden memerintahkan pelepasan 30 juta barel minyak mentah ke pasar. Tindakan dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga tajam minyak akibat invasi Rusia. 30 negara anggota IEA juga melepas tambahan 30 juta barel minyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun