Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berdagang Ya, Berperang Ya

7 Maret 2022   19:06 Diperbarui: 10 Maret 2022   00:31 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapal barang. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Pertama, integrasi ekonomi memicu konflik dagang, karena hasilnya yang tidak simetris. Paling seru adalah konflik dagang Cina dan AS di bawah era Trump.

Perang dagang Cina-AS dipicu oleh ketidakseimbangan neraca perdagangan kedua negara. Sejak tahun 1990, AS terus mengalami defisit perdagangan dengan Cina. 

Artinya ekspor AS ke Cina lebih kecil dari impornya. Cina mendapat untung lebih banyak dari perdagangan. Pada tahun 2018, deficit perdagangan AS Cina mencapai $ 419 milliar.

Untuk mengurangi defisit, Trump menerapkan tarif impor dari Cina sebesar $ 250 milliar di tahun yang sama. Cina membalasnya dengan mengenakan tarif $110 milliar, padahal total impor dari AS hanya senilai $ 120 milliar di tahun yang sama.

Kedua, perang senjata seperti kasus Rusia dan Ukraina. Ekonomi Rusia makin terintegrasi dengan Eropa. Eropa adalah pasar energi utama Rusia. AS dan Jerman juga merupakan penyumbang utama investasi asing di Rusia. 

Interdependensi ekonomi antara Rusia dan Barat seharusnya bisa memoderasi konflik. Perang terbuka tidak sampai meledak. 

Orang berharap bahwa ketergantungan Rusia pada pasar global akan mencegah invasi ke Ukraina. Yang terjadi Rusia tidak peduli, perang terus berjalan meski diberi sanksi ekonomi yang sangat keras. 

Dalam kasus Rusia, para penganjur integrasi global lupa bahwa negara memiliki dua tujuan dalam berdagang. Pertama adalah kesejahteraan dan kedua keamanan-kelangsungan hidup. Tujuan kedua jauh lebih penting bagi negara.

Tanpanya, tujuan pertama tidak akan tercapai. Karena itu, ketika keamanan terancam, negara akan mengorbankan apa pun, termausuk hubungan ekonomi. 

Sebelum konflik Rusia Ukraina, dunia menyaksikan berbagai konflik dengan skala lebih kecil. Di satu pihak, serangan teroris September 11/2001 terhadap WTC, memang harus dikutuk karena membunuh manusia yang tidak bersalah. 

Di pihak lain, serangan ini dan konflik-konflik lain setelah tahun 2000 dipicu oleh ketidakadilan yang muncul dari proses globalisasi dan integrasi ekonomi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun