Kau yang bersamaku
Berupa matahari  yang selalu bangun pagi
Berupa gelap malam larut di pembaringan
Mengeram mimpi hitam dan merah
Tak lama lagi kapal waktu menanti
Anak-anakmu datang dalam tanggalan
entah dengan senyuman atau wajah marah
entah dengan wajah bersinar atau gelap
bernafsu kemusnahan dan huru-hara
datang dari hati duka lara
Kau yang bersamaku tak lama
Beranjak dari ruang zaman
Rusak  oleh  luka hujatan
membanjir dari hati yang kering
Kerontang  tanpa cinta
Dahaga oleh kuasa, miskin olah fikir
Fana oleh hasrat,
mengerangkeng Tuhan di suaka prasangka
Kita ini manusia, kawan
sabar menetak setapak ke semesta kebaikan
sehat akal menelusur darah sebagai saudara
dan menggembalakan burung-burung perdamaian
sepanjang  lembah dan kampung
rimbun oleh wajah belang suku bangsa
Kita ini manusia, kawan
gandrung pada rasa bahagia
menolak pedang, tak cinta pertengkaran
tahun mendatang itu ujian pilihan ganda
Menjadi sumber mala petaka
Membangun infrastruktur  kebaikan
Menjadi sumber kepedihan
Membuat anak-anak tertawa
B dan D yang terbaik
Yang kekal itu pertemuan. Di pintu itu saat ia menghitung.
Sedang kita tak bisa  berlindung di balik alasan  pikun.
Yogya, Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H