Tetapi ia tetap mencoblos. Dan sudah  punya pilihan. Pasangan No. 3. Pria ganteng, usia 46 yang berjanji sambil menangis saat kampanya di TV lokal. Janji kasih  bantuan 1 juta  tiap keluarga selama wabah corona belum berhenti. Yang paling penting, janji melindungi perempuan dan anak-anak. membela korban KDRT dengan biaya daerah. Mewajibkan  setiap dinas punya 50 % program sensitif jender.
"Jangan lupa masker" kata ibunya saat ia mengeluarkan motor. Ibunya tidak ikut memilih.
"Ibu berdoa saja untuk siapa yang terpilih" katanya waktu Pak Rinto, ketua kpps menawarkan untuk coblos di rumah.
**************************
TPS tidak terlalu ramai waktu ia tiba. Orang-orang takut pada Corona. Habis coblos terus pulang.
Lima menit kemudian Namanya dipanggil. Bilik suara nomor 4. Terbuat dari tripleks tipis. "Di mana anggaran besar untuk pemilu" batinnya.
Pelan-pelan dibukanya surat suara. Laki-laki itu masih ganteng. Mata yang tajam, yang meluluhkan hati setiap gadis di kampusnya. Â Yogya, 20 tahun lalu.
Bibir itu laki-laki. Ada rasa  hangat yang masih tersisa di bibir Monita, di lehernya.
Seperti baru kemarin. Parangtritis. Kantin kampus. Kaliurang. Kost No. 16 di Gang Flamboyan. Gardena. Malioboro. Rencana-rencana masa depan.
"Ibu tidak apa-apa" suara pria di belakangnya. Sudah lebih dari 6 menit ia terpaku di depan surat suara.
Diambilnya paku. "aku tak boleh dendam, ini kewajiban warga negara yang baik. Apalagi ia memihak perempuan" batin Monita. Dipejamkan matanya lalu ditentukannya pilihan. Laki-laki itu.