Hingga sekarang kasusnya itu masih hangat diperbincangkan di khalayak umum. Tapi dengan begitu, ia semakin giat akan aksi memusnahkan koruptor. Semata-mata bukan hanya membuktikan dirinya yang memang tidak tersangkut dengan tindak korupsi E-KTP saja, tapi ia juga tidak ingin korupsi ini menjadi penyakit yang berkepanjangan menyerang lingkungannya.
Â
Tak sedikit pula, orang-orang menilainya sedang balas dendam kepada oknum-oknum yang menjebaknya tempo hari. Dari finah kasus E-KTP yang melibatkannya, banyak orang yang semakin gencar menghampirinya untuk terang-terangan menyuap.
Â
Beberapa kali bahkan orang menawari barang favorit yang menjadi incarannya, Harley Davidson, moge yang tengah diliriknya kala itu. Tapi dalam penawaran para pejabat itu, ia tak tergiur, karena ia sadar dan ia tahu, hal itu adalah bentuk dari gratifikasi.
Â
Tentu pemberinya memiliki motif tersembunyi dari aksinya, tidak memerlukan waktu lama Ganjar bisa membaca pikiran pemberinya. Semua hal di dunia itu tidak ada yang gratis, give and take selalu berlaku bagi pengusaha, pebisnis, bahkan pejabat negeri ini. Ganjar menjadi sangat kebal dengan gelagat penipu ulung di sekitarnya.
Â
Tolakan akan hal-hal yang berbau korupsi dan gratifikasi selalu melekat dalam dirinya. Kebersihannya dalam merombak birokrasi yang bercampur dengan pungutan liar ini, mengingatkan pada Basuki Tjahya Purnama. Sosok yang kerap disapa dengan panggilan Ahok itu cerminan dari sosok Ganjar.Â
Â
Kegigihan keduanya dalam memerangi tindak korupsi patut diacungi jempol. Beda lagi saat gaya pemimpin Ahok dan Ganjar dinilai dari sudut pandang para penggede birokrat. Tentu mereka akan menunjukkan ketidaksukaannya dengan model pemimpin yang dijalankan Ahok dan Ganjar, karena itu akan membahayakan posisi mereka. Keduanya akan mendobrak kelakuan para bedebah itu di balik pintu birokrasi yang mereka jalankan.