Netra Mas War basah, aku mencoba menghapus air matanya dengan bibirku.
"Dik, maafkan aku. Izinkan aku menikah lagi." Suara Mas War bergetar, jantungku tidak kalah cepat getarannya. Seandainya saja jantung ini bukan ciptaan Tuhan. Pastinya sudah meloncat seketika. Aku sangat kaget dengan ucapan Mas War, aku tidak tahu apa yang ada dalam hatinya. Kenapa dia tiba-tiba ingin menikah lagi. Aku ambil nafas dalam dan panjang, mencoba menenangkan perasaanku. Mencoba merelaksasi hatiku.
"Apa Mas War menghamilinya?" tanyaku dengan suara bergetar.
"Tidak Dik," jawabnya.
"Apakah Mas War dipaksa menikahinya dengan alasan tertentu, missal hutang budi?"
"Tidak Dik."
"Lalu kenapa Mas?" tanyaku pasrah dengan suara parau . Aku sudah tidak tahan menahan emosiku. Air mataku tumpah, membanjiri pipiku.
"Maafkan aku Dik, aku mencintainya. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Rasa ini datang begitu saja." Jawaban Mas War membuat hatiku tercabik-cabik. Mas War rela membagi hatinya untuk wanita lain, bahkan Mas War meminta restuku untuk menikahi wanita itu. Ya Allah, kuatkanlah hambamu ini.
Mas War kembali duduk bersimpuh di hadapanku, memohon aku memberikan izin.
"Aku tidak mau melakukan dosa dengan berzina. Izinkan aku menikahi Putri Melati. Sungguh aku mencintainya. Aku janji akan berlaku adil."
Dadaku naik turun menahan emosi, jantungku memompa lebih cepat dari biasanya. Aku sangat marah mendengar pengakuan jujur suamiku. Aku sangat sakit dia jujur tentang perasaannya bahwa dia sangat mencintai wanita itu. Jika aku tidak memberinya izin, pasti dia juga akan menikah di bawah tangan. Aku tahu wataknya. Dia tidak membutuhkan pendapatku untuk melakukan segala sesuatu. Termasuk menikah lagi, dia tidak butuh restuku. Dia hanya sekedar pamit saja.