Mohon tunggu...
nikmah tsaniyah
nikmah tsaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukan apa yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarlah Allah yang mengurusnya(imam malik)

berguna sesama

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lalu Apa Dong Target Hidup Kamu?

30 September 2021   11:23 Diperbarui: 30 September 2021   11:30 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan pisahkan kami, karena itu berat. Biar aku saja.Dilan-da kehilangan hafalan

.

Genggam tanganku simpan diriku dalam relung hatimu, biarkan aku saja yang menanggung itu semua karena itu berat. Sering aku berkomat-kamit murojaahmu

Tidak mudah memaknai kegagalan, banyak prediksi dan definisi antara diri dan takdirNya. Kegagalan hanya layak didefinisikan untuk seperangkat gerak yang berhenti, keinginan yang telah padam serta prasangka baik telah mati. Kesalahanlah yang membuat keterpurukan, maka untuk bangkit bayarlah kesalahan tersebut dengan sejuta kebaikan. Tuhan berikan masa lalu sebagai pelajaran jadikan masa depan sebagai ujian dan semua rangkaian tak lain adal ah bentuk kasih sayang untk hamba-Nya? Syukur tak terhingga ditahun ini begitu banyak kejutan kebahagian yang kau hadiahkan untukku Rabb.

Genap aku memasuki semester tujuh, dimana aku disibukkan mempersiapkan untuk berkecimpung ke lapangan secara langsung. Di semester ini semua mahasiswa di wajibkan untuk magang sesuai dengan jurusan masing-masing. Karena aku mengambil jurusan pendidikan maka aku nanti pada akhirnya  mengajar di instansi-instansi pendidikan. Matakuliah ini di pendidikan disebut dengan PPL(Program Pengalaman Lapangan). Di semester sebelumnya segala rutinitas aku habiskan di stand-stand sekre UKM kampus, iya aku dulu maniak organisasi kampus semua UKM aku aktif internal maupun eksternal. Seringkali  aku dipondok mendapat ta'ziran karena bolos dari kegiatan pondok untuk merampungkan kegiatan organisasi di kampusku. Banyak juga nyinyiran datang silih berganti dari teman-teman karena kesibukanku ini. Aku senang menjalani semua ini dan aku tidak sama sekali merasa terbebani.

 Bagiku lorong-lorong pojok kampus tempat favorit yang ku jadikan markas transit untuk pergantian segala rutinitasku demikian juga dengan teman organisasi yang lainnya, kami tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan berorganisasi aku bertemu dengan orang-orang hebat, bukan hanya itu dengan berorganisasi kita belajar bagaimana memanajemen waktu, menjalin relasi dengan lainnya, dan yang terpenting menjadikan pikiranku lebih dewasa, mandiri dan  lebih banyak lagi yang tidak dapat aku sebutkan satu persatunya. Sering kali kita habiskan hingga larut malam hanya sekedar rapat dan diskusi merancang kegiatan supaya berjalan tanpa kendala. Rutinitas ini aku lakukan sampai semester enam, dan harus aku akhiri dipenghujung tahun 2015. Karena sudah beralih masa jabatan dan aku harus fokus untuk menyelesaikan tugas akhirku.

Siklus semester tujuh dimana aku harus berubah dari rutinitas-rutinitas dengan padatnya rapat kuliah, persiapan workshop dan acara yang sejenisnya kini harus beralih pada pengabdian masyarakat  dengan harapan kita semua dituntut untuk mempraktekan ilmu yang sudah kami dapatkan dan harapannya bisa mengimplikasikan pada sistem belajar mengajar disekolah dan juga bisa mengabdikan ilmunya pada masyarakat luas.

Sebuah desa kecil yang merupakan tempat aikonnya TPA(Tempat Pembuangan Akhir) karena disinilah pusat pembuangan tempat sampah dan mayoritas masyarakat menjadi pemulung. Jangankan untuk sekolah, mereka untuk makan sehari-hari saja sangat kewelahan. Para warga merasa kesulitan  mengkonsumsi air bersih karena sudah tercemar kadar zat besinya hal ini disebabkan  banyaknya tumpukan sampah. Disinilah aku dan teman-teman memulai menjalankan tugas yang telah diamanahkan kepada kita. Dengan segala kerelaan hati kami jalani penuh semangat lebih tertantang karena kami yaqin kami bisa menaklukannya lebih baik lagi.

Kita putuskan untuk mengontrak satu rumah untuk kami huni selama kami PPL disini. Banyak pertimbangan sebelum kita putuskan untuk menetap disini memang lokasi tempat ini bisa dibilang sangat terbelakang dan terpencil butuh psikis dan tenaga ekstra untuk bertahan disini.  Terbayangkan kita disini anak-anak PPL rasa anak-anak KKN, pasalnya kita disini juga ikut kegiatan dengan warga disini. Kultur desa di sisni masih terasa sangat kental, ini terlihat dari aktifitas warga istilah jawanya bebrayan antara yang satu dengan yang lain masih terjaga. Misalnya ada satu warga yang membangun rumah semua warganya terlibat didalamnya. Ketika ada hajatan, musibah dan lain sebagainya saling membantu satu sama lain.

Hari pertama kami disambut oleh pihak sekolah dan murid-murid dengan sangat antusias. Dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada, akan tetapi tidak mematahkan guru-guru untuk menularkan ilmunya pada anak-anak. Pembukaan  dengan apel pagi yang diawali dengan pembacaan asmaul husna kemudian shalat dhuha berjamaah dilanjutkan dengan murojaah surat-surat pendek. Setiap apel pagi tugasku sama teman-teman PPL yang lain mengoprak-oprak mengajak anak-anak untuk shalat dhuha meskipun tanpa diperintah anak-anak melaksanakannya dan segera menuju ke mushalla sekolah. Kerennya lagi setiap anak digilir untuk memimpin menjadi imam. Dengan  begini anak digembleng leadirshipnya dan nanti ketika terjun ke masyarakat tidak lagi merasa ketakutan, tutur kepala sekolah.  Dan mulai  dari pembacaan asmaul husna sampai penutupan diakhiri dengan doa semua dilakukan oleh semua siswa . Bahkan mungkin dari beberapa teman-teman PPL saya belum sebaik anak-anak ini termasuk saya, dan ada juga yang mendadak islami mengajar disini yang sebelumnya shalat bolong-bolong bahkan membaca al-Quran jarang sekarang menjelma menjadi ketaqwaannya meningkat kepada taqarrub ilallahnya semakin tinggi. Karena secara tidak langsung dan tanpa disadari lingkungan akan mengubahmu sesuai arus yang akan membawamu.

Kami juga dapat sambutan dari warga, karena sebelumnya kami sowan -- sowan ke aparatur desa disini dan para tokoh-tokohnya. Masyarakatnya sangat islami kami hampir setiap malam mendapat undangan pengajian bergilir dari RT ke RT  rumah ke rumah dan tak jarang juga kita dapat jatah mengisi acara itu, rada kaku memang ketika mendapat amanah mengisi. Pasalnya  disini anak-anak muda dan bahkan para orang tua sudah pada mahir masalah agama. Sangat islami dan sangat recomended banget untuk mewujudkan warganya yang islami dan qur'ani. Setiap sore anak-anak disini didik untuk sekolah TPQ dan disini seorang guru benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa, tidak sepersen pun menerima uang allahlah yang mengganjar semua ini.

  Sudah berbulan-bulan saya dan teman-teman PPL lainnya mengajar di sebuah desa sekolah kecil dengan semangat anak-anak dan para dewan guru bersemangat untuk saling mewujudkan sekaligus mencetak generasi yang terdepan dan juga berakhlak Qur'ani. Tidak ada sekat antara kami dengan warga yang lain karena seringnya kami berinteraksi setiap harinya sudah biasa dan bahkan sebagai saudara sendiri.

Keberuntungan yang luar biasa saya dan teman-teman dapatkan  ditempatkan disini. Karena banyak sekali hikmah yang dapat kami petik. Sesuai firman Allah padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyayangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Disini kami lebih mendekatkan diri pada allah dan lebih menghormati dan menghagai kepada orang lain. Disini  kami juga menerima anak-anak yang menginginkan untuk les dan tidak dipungut uang sama sekali.

Setiap sepertiga malam terakhir terdengar suara merdu anak-anak melantunkan ayat demi ayat 30 juz  bil ghoib dari masjid sebelah kontrakan yang kita huni. Dunia ini tenang, damai, kita rasakan disini dikelilingi oleh orang-orang shalih. Disini banyak anak-anak yang sudah punya hafalan al --Quran bahkan banyak juga yang selesai 30 juz. Menangis hati ini kenapa dengan segala kesempurnaan yang kita punya sekarang ini tidak kita manfaatkan untuk menyibukkan dengan al-Quran. Akhirnya aku bertekad memutuskan ketika nanti setelah PPL kembali kepondok untuk  bergabung pada program takhfidz.

Sebetulnya gemuruh hati kecil ini ingin menghafal sudah aku pendam sejak dulu ketika masih duduk di bangku MTs kebetulan teman-teman dekatku dulu dan sampai detik ini kebanyakan  para penghafal dan ingin aku seperti mereka tidak jarang juga aku menyimakkan mereka setiap saat dan dimana saja. Tapi waktu itu aku belum memberanikan diri. Mempelajari lebih mendalam kandungan  dan lebih mencintai al-Quran lagi.

Setelah sekian lama beberapa bulan tibalah saatnya kegiatan PPL berakhir. Tak henti-hentinya air mata ini mengalir dengan derasnya, kalian semua sudah menjadi bagian yang terpenting dari kami. Sebuah pertemuan pasti akan adanya perpisahan dan ini berat jauh lebih berat ketika awal kami ditempatkan disini. Sampai berjumpa kembali terimakasih atas ilmu yang sudah kalian tularkan pada kami dan atas persaudaraannya. kita akhiri disini kami harus melanjutkan ke rutinitas kami selanjutnya. Berbulan-bulan aku sudah  tidak berada dipondok. Rindu bertemu para astatidzku, teman-teman seperjungan dipondok dan segala keusilannya.

Suara lirih dan celotekan rebana nadzoman terdengar  sahut menyahut antar kelas atas maupun kelas bawah. Rindu dengan suasana yang begini, genap lima bulan aku tidak disini, dan aku disini kembali  lagi untuk mengabdi menjadi santri. Seusai PPL aku putuskan untuk bergabung diprogram takhfidz,  karena tiga tahun yang sebelumnya aku fokus mengambil pada program kitab.

Sebelumnya aku memohon doa restu pada orang tua dan saudara-saudaraku yang lain dan juga teman-teman dekatku, semua mensuportku dan mendokan semoga diberi kelancaran dan kemudahan.

Pagi itu agenda anak-anak takhfidz, memenuhi pojok sudut masjid dengan mata menutup dan komat kamit melantunkan ayat suci al-Quran dengan khusuknya. Hati ini nyaman, pikiran tenang. Begitulah rutinitas anak takhfidz ba'da subuh murajaah  dimasjid sebelum disetorkan pada ibuk di ndalem. Aku memberanikan untuk sowan di ndalem matur kalau saya mau ikut bergabung diprogram takhfidz. Alkhamdulillah di ijabahi oleh ibuk dan disambut sangat gembira oleh  beliau kemudian mendoakanku dan meminta untuk memboyong semua barang-barangku ke komplek takhfidz, supaya dalam menghafal lebih bersemangat dalam murojaah.

Hari-hariku saat ini selalu kuisi dengan membaca al-Quran sesekali aku membaca makna dan memahaminya karena itu salah satu cara untuk mempercepat hafalanku, sehari kami bisa setor ke ndalem tiga kali ba'da subuh, waktu dhuha, ba'da isya'. Sering kali ketika disemak oleh teman sendiri sangat lancar dan ketika disetorkan hafalan hilang entah kemana. Mengulang dan mengantri lagi beristghfar banyak-banyak memojokkan diri mengulang-ulang sampai mendarah daging dalam hati. Sesekali aku menyelesaikan mengejar targer rampung skripsi bulan oktober mendatang.

Sebelumnya ada penyesalan dalam hati kenapa baru saat ini  bergabung di akhir semester tujuhku tapi tidak maslah aku bertekad tidak ada kata terlambat bagiku, bukankah semua bergantung pada niatnya? Dengan status baruku saat ini aku kembali bergabung  menjadi santri program takhfidz, disana juga banyak seusiaku yang baru bergabung menghafal al-Quran tapi juga banyak yang dibawahku banyak yang dibawahku sudah dapat hafalan banyak bahakan ada yang sudah selesai tinggal melancarkan saja. Untuk program takhfidz memang disendirikan dengan santri reguler bukan karena anak takhfidz di istimewakan akan tetapi ini karena untuk menciptakan kondisi yang lebih mudah anak-anak untuk menghafal dengan kondisi nyaman dan kondusif sehingga semisal murojaah lebih masuk dan tidak terganggu oleh aktifitas yang lain.

Dipojok komplek anak takhfidz ditempatkan. Lingkungan disini lebih asri, tenang, dihiasi dengan tanaman padi yang dikelilingi oleh sungai yang mengalir. Sesuai banget kalau untuk menyendiri sekedar menambah dan murajaah hafalan. Jadwal kami setiap hari Rabu ba'da maghrib mengkaji kitab tafsir ayatul ahkam  selanjutnya ba'da isya' mengkaji kitab at-tibyan, malam kamis semua santri takhfidz putra maupun putri semaan bergilir. Hari  minggu pagi mengkaji kitab al-burhan

selebihnya kami setoran seperti biasa ke ndalem. Hari minggunya kami roan istilah ini sering digunakan dipondok-pondok biasanya, dalam bahasa indonesia gotong royong, kami membersihkan seluruh dan disekitar pondok secara bersama-sama  dan tak ketinggalan mencuci karpet dikali merupakan hal yang di nantikan oleh santri karena dengan ini santri bisa menangkap ikan dikolam, pondok kami cukup besar kolamnya terletak di timur masjid warga sekitar juga menggunakan sumber air ini untuk mencuci, mandi dan lain sebagainya.

Disamping pondok kami juga ada wisata alam yang memanjakan mata bagi para pengunjungnya yang  kesini. Asyik bukan?datang saja ke banyumili bandungan gedangan tuntang.

Tanpa kusadari aku sudah berada di penghujung kuliahku saatnya aku wisuda. Iya wisuda ini sudah di nantikan orang-orang terdekatku. Moment  yang sangat aku dambakan, semua orang terdekatku berkumbul dan memberiku ucapan dan banyak juga yang memberikanku supprise. Status baru terpambang di belakang namaku,S.Pd. lagi-lagi aku dibuat terharu oleh yang maha rakhim, alkhamdulillah juga aku mendapat tawaran  beasiswa.

Semua ini aku pasrahkan oleh skenario allah yang ditaqdirkan pada diriku, aku putuskan untuk menerima beasiswa itu. Dengan berat hari aku sampaikan dan pada sowanku terakhir ke ndalem mohon restu semoga kedepannya diberi keberkahan dan kelancaran. Aku melihat raut wajah ibuk saat itu sepertinya belum ridha namun pada akhirnya beliau membolehkan untuk melanjutkan kuliahku beliau berpesan diati-ati opo leh wes dientuk,akeh no anggenmu murojaah lakonono karna bungah. Yang intinya beliau berpesan apa yang sudah di hafalkan harus di jaga, perbanyaklah mengulang-ulang hafalan, dan lakukan semua itu dengan rasa bahagia.

Gerimis manis sore itu mengantarkanku pada perjalanan pulang boyong kerumah. Setelah tetek bengeknya berkas-berkas yang harus di siapkan kali ini aku di beri kejutan lagi oleh allah. Setelah bergabung program takhfidz ini aku merasa kehidupanku merasa dimudahkan oleh allah apapun kebutuhanku dicukupkan oleh allah. Aku dirumah selama sebulan. Waktu-waktuku masih aku sibukkan dengan murojaah, dan ditengah--tengah waktu itu ada dering sms yang memintaku untuk ngelesi yang berjarak lumayan jauh dari rumahku. Aku lihat sepertinya ibuk ini dengan sangat memintaku untuk bisa menyanggupinya. Waktu dulu aku jadi aktivis aku juga banyak memiliki anak les, disana sini jam terbang lesku. Lagi-lagi banyak sekali nyinyiran berjatuhan padaku waktu itu. Memang  sangat sibuk aktivis kampus, ngelesi, mondok, sempat juga aku setiap pagi pergi ngajar iqra' disekolah elit dekat kampusku ini berlangsung selama tiga tahun dan aku merasa bahagia menjalani ini semua. Nah ibuk ini salah satu anak yang aku lesi yang berumahkan dijalan pramuka, komplek elit. Kali ini dia memintaku untuk anak keduanya. Dan aku meng iyakan permintaan ibuk ini.

Setiap sore aku mendatangi anak ini selama satu jam setengah  ku rasa cukup. Kali ini anaknya cukup cerdas. Jadi cepet nangkapnya. Aku mondar-mandir pulang-les  sebulan lebih. Tiap kali les kakeknya sesekali  disampingnya, mendengar dan bahkan ikut menyahuti dan di pertengahan pembelajaran kakekknya tiba-tiba memintaku bertemu sebelum pulang nanti.

Hujan yang  mengguyur komplek perumahan jalan pramuka itu menjelma menjadi lorong-lorong  kesunyian  pasalnya hujan kali ini benar-benar melumpuhkan semua aktivitas manusia yang diduga aliran listrik pusat mengalami permasalahan yang tak kunjung ditangani oleh ahlinya.

Aku menunggu kakek keluar sambil menghabiskan minuman yang ada didepanku. Aku amati asesoris yang terpampang didinding rumah mewah itu. Keheningan sore itu memecahkan lamunan Pak Asril. Iya, aku tau nama itu karena foto beliau yang berjejer panjang di dinding. Beliau ini rupanya pernah menjabat direktur minyak. Berjam-jam dia melihat kalender yang ada didepannya. Sesekali dia mengambil nafas dalam-dalam  berfikir memutar otak bagaimana  menghabiskan sisa usianya disenja saat ini menjadi lebih bermanfaat dan lebih berkah. Sore itu beliau menceritakan panjang lebar tentang kisahnya dulu.

Kehidupan pak asril ini bisa dibilang hidupnya penuh dengan keglamoran sejak kecil, segalanya dia ada dan apapun bisa dia lakukan. Benar-benar orang berada dan orang penting rupanya. Berziarah Mekkah-Madinah sudah hal biasa atau bahkan sering menghabiskan liburan di luar negeri sekedar merileksasikan pekerjaan yang menjenuhkan. Dikaruniai tiga anak, semuanya berpendidikan sangat tinggi tanpa ada kendala apapun. Tapi ditengah ceritanya itu beliau  menghentikan ceritanya terdiam dan kulihat matanya nampak berkaca-kaca.

"Saya tidak tau apa lagi yang harus saya lakukan "

"Astahgfirullahal adzim. Mbk, apakah yang selama ini yang sudah saya lakukan bisa diampuni oleh allah?" sambil mengusab air mata dipipinya.

"Allah itu maha pengampun pak" ku anggukkan kepalaku.

Seumur hidup pak Asril disibukkan mencari dunia, dan sekarang semua nampak sudah di depan mata. Bersenang-senang tanpa ada batasnya. Keluarga pak Asril berasal dari aliran abangan, beliau juga  berkeingin bertaubat ingin lebih dekat lagi pada allah dan melakukan hal-hal yang lebih shalih dengan mengajak perubahan ini pada keluarganya. Beliau juga menceritakan pengalan spiritual yang pernah beliau alami.

Tepatnya malam terawih perdana tahun sebelumnya adalah shalat tarawih berjamaah sekaligus tadarus bersama dikomplek jalan pramuka ini. Semua orang berduyun-duyun pergi ke masjid melaksanakan shalat berjamaah dilanjutkan tadarus bersama dengan jamaah yang membludaki sampai di halaman masjid dikomplek waktu itu. Dibulan yang penuh berkah dan maghfirah ini semua orang merindukannya dan berlomba-lomba dalam kebaikan.. Kali ini dibuka dan sekaligus diimami oleh pak asril permintaan dari jamaah. Karena dianggap sudah sempurna karena sudah beberapa kali melakukan umrah ditambah lagi usia yang paling sudah berumur. Wajar jika warga memintanya untuk menjadi imam waktu itu.

"Hati saya berdetak kencang, saya mau mengelak juga tidak enak mbk" begitu cerita pak asril

Memang pak Asril mengakui jika beliau bisa baca iqra' tapi ketika tulisan itu bersambung sama sekali dia tidak bisa, jangankan menghafal, membaca saja masih terbata-bata. Beliau melihat masjid bagaikan momok karena tidak pandai mengimami dan membaca bahkan hafalan surat yang banyak. Beliau menginginkan betul bisa membaca al-Quran dibulan yang akan datang ini dia targetkan memberanikan diri untuk menjadi iman dan memimpin tadarus. Aku melihat semangat membara itu pada wajah pak Asril.

Setelah les cucunya selesai aku lanjutkan les sama pak Asril. Pengucapan dan pembacaan yang diulang-ulang makin hari makin lancar sejak awal memang kami mengajarkannya pengulangan sampai beberapa hitungan  tiga puluh  kali pun pernah  kami lakoni. Begitu seterusnya dari pertemuan ke pertemuan. Tapi tidak mengapa semua ada buahnya. Bismillah lillahi taala dengan sabar, telaten dan kesungguhan pak Asril kini bisa membaca al-quran.

Wajah sumringah terpancar di wajah pak asril yang tak sabar bertemu bulan yang penuh berkah ini. Kalimat khamdalah terucap di bibir pak Asril yang tak henti-hentinya. Sebentar lagi  tamu agung datang menghampiri kita, bulan dimana banyak orang menanti karena bulan yang penuh berkah dan penuh ampunan, dilipat gandakan pahala kita dengan segala kebaikan apa yang kita lakukan. Selalu tebar kebaikan dimanapun kapanpun kamu berada kepada siapapun itu yang membutuhkannya.wallahu a'lam bi shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun