selebihnya kami setoran seperti biasa ke ndalem. Hari minggunya kami roan istilah ini sering digunakan dipondok-pondok biasanya, dalam bahasa indonesia gotong royong, kami membersihkan seluruh dan disekitar pondok secara bersama-sama  dan tak ketinggalan mencuci karpet dikali merupakan hal yang di nantikan oleh santri karena dengan ini santri bisa menangkap ikan dikolam, pondok kami cukup besar kolamnya terletak di timur masjid warga sekitar juga menggunakan sumber air ini untuk mencuci, mandi dan lain sebagainya.
Disamping pondok kami juga ada wisata alam yang memanjakan mata bagi para pengunjungnya yang  kesini. Asyik bukan?datang saja ke banyumili bandungan gedangan tuntang.
Tanpa kusadari aku sudah berada di penghujung kuliahku saatnya aku wisuda. Iya wisuda ini sudah di nantikan orang-orang terdekatku. Moment  yang sangat aku dambakan, semua orang terdekatku berkumbul dan memberiku ucapan dan banyak juga yang memberikanku supprise. Status baru terpambang di belakang namaku,S.Pd. lagi-lagi aku dibuat terharu oleh yang maha rakhim, alkhamdulillah juga aku mendapat tawaran  beasiswa.
Semua ini aku pasrahkan oleh skenario allah yang ditaqdirkan pada diriku, aku putuskan untuk menerima beasiswa itu. Dengan berat hari aku sampaikan dan pada sowanku terakhir ke ndalem mohon restu semoga kedepannya diberi keberkahan dan kelancaran. Aku melihat raut wajah ibuk saat itu sepertinya belum ridha namun pada akhirnya beliau membolehkan untuk melanjutkan kuliahku beliau berpesan diati-ati opo leh wes dientuk,akeh no anggenmu murojaah lakonono karna bungah. Yang intinya beliau berpesan apa yang sudah di hafalkan harus di jaga, perbanyaklah mengulang-ulang hafalan, dan lakukan semua itu dengan rasa bahagia.
Gerimis manis sore itu mengantarkanku pada perjalanan pulang boyong kerumah. Setelah tetek bengeknya berkas-berkas yang harus di siapkan kali ini aku di beri kejutan lagi oleh allah. Setelah bergabung program takhfidz ini aku merasa kehidupanku merasa dimudahkan oleh allah apapun kebutuhanku dicukupkan oleh allah. Aku dirumah selama sebulan. Waktu-waktuku masih aku sibukkan dengan murojaah, dan ditengah--tengah waktu itu ada dering sms yang memintaku untuk ngelesi yang berjarak lumayan jauh dari rumahku. Aku lihat sepertinya ibuk ini dengan sangat memintaku untuk bisa menyanggupinya. Waktu dulu aku jadi aktivis aku juga banyak memiliki anak les, disana sini jam terbang lesku. Lagi-lagi banyak sekali nyinyiran berjatuhan padaku waktu itu. Memang  sangat sibuk aktivis kampus, ngelesi, mondok, sempat juga aku setiap pagi pergi ngajar iqra' disekolah elit dekat kampusku ini berlangsung selama tiga tahun dan aku merasa bahagia menjalani ini semua. Nah ibuk ini salah satu anak yang aku lesi yang berumahkan dijalan pramuka, komplek elit. Kali ini dia memintaku untuk anak keduanya. Dan aku meng iyakan permintaan ibuk ini.
Setiap sore aku mendatangi anak ini selama satu jam setengah  ku rasa cukup. Kali ini anaknya cukup cerdas. Jadi cepet nangkapnya. Aku mondar-mandir pulang-les  sebulan lebih. Tiap kali les kakeknya sesekali  disampingnya, mendengar dan bahkan ikut menyahuti dan di pertengahan pembelajaran kakekknya tiba-tiba memintaku bertemu sebelum pulang nanti.
Hujan yang  mengguyur komplek perumahan jalan pramuka itu menjelma menjadi lorong-lorong  kesunyian  pasalnya hujan kali ini benar-benar melumpuhkan semua aktivitas manusia yang diduga aliran listrik pusat mengalami permasalahan yang tak kunjung ditangani oleh ahlinya.
Aku menunggu kakek keluar sambil menghabiskan minuman yang ada didepanku. Aku amati asesoris yang terpampang didinding rumah mewah itu. Keheningan sore itu memecahkan lamunan Pak Asril. Iya, aku tau nama itu karena foto beliau yang berjejer panjang di dinding. Beliau ini rupanya pernah menjabat direktur minyak. Berjam-jam dia melihat kalender yang ada didepannya. Sesekali dia mengambil nafas dalam-dalam  berfikir memutar otak bagaimana  menghabiskan sisa usianya disenja saat ini menjadi lebih bermanfaat dan lebih berkah. Sore itu beliau menceritakan panjang lebar tentang kisahnya dulu.
Kehidupan pak asril ini bisa dibilang hidupnya penuh dengan keglamoran sejak kecil, segalanya dia ada dan apapun bisa dia lakukan. Benar-benar orang berada dan orang penting rupanya. Berziarah Mekkah-Madinah sudah hal biasa atau bahkan sering menghabiskan liburan di luar negeri sekedar merileksasikan pekerjaan yang menjenuhkan. Dikaruniai tiga anak, semuanya berpendidikan sangat tinggi tanpa ada kendala apapun. Tapi ditengah ceritanya itu beliau  menghentikan ceritanya terdiam dan kulihat matanya nampak berkaca-kaca.
"Saya tidak tau apa lagi yang harus saya lakukan "
"Astahgfirullahal adzim. Mbk, apakah yang selama ini yang sudah saya lakukan bisa diampuni oleh allah?" sambil mengusab air mata dipipinya.