Paradigma berpikir among yang terintergrasi dalam pendekatan komunikasi coaching ada  4 dimensi berpikir.
Coach dan  Coachee adalah Mitra BelajarÂ
Dialog antara coach dan coachee sebagai mitra belajar memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan relasi yang apresiatif yaitu melatih cara berpikir dalam  proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ada hal menarik yang bisa dipelajari adalah pada saat coach mendengarkan coachee, maka akan belajar mengenali kekuatan dirinya dan mengenali coachee-nya secara mendalam. Dan sebaliknya, tuntunan yang diberikan coach memberikan ruang bagi coachee untuk menemukan kekuatan dirinya.
Emansipatif
Proses coaching membuka ruang emansipatif untuk  merefleksikan kebebasan  melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma (rasa percaya, selaras,apresiatif), memberi peluang  untuk menemukan kekuatan dan potensi diri serta  menciptakan keselarasan cara berpikir antara coach dan coachee.  Â
Kasih dan Persaudaraan
Proses coaching merupakan  latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti, mendampingi dan mendorong kekuatan diri secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Setiap dialog dan interaksi yang terjadi pada Coach dan coachee  memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih.
Ruang Perjumpaan Pribadi
Proses coaching merupakan ruang perjumpaan pribadi antara coach dan coachee sehingga terbangun rasa percaya dalam kebebasan yang tercipta melalui stimulasi pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan diri coachee.
Koneksi antara coaching, pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran emosi dan sosial.Â
 Filosofi KHD menyampaikan bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Seorang  Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat. Menyiapkan lingkungan belajar positif  yang menstimullasi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya.  Memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak  merasa selamat dan bahagia. Mempunyai kesadaran bahwa setiap murid yang duduk di kelas  adalah individu yang unik sehingga  menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran. Â