Mohon tunggu...
Nikmah Mahanani
Nikmah Mahanani Mohon Tunggu... Guru - Alur takdir berjalan seiring rotasi waktu. Daya juang diri diuji peluh berkucur beri pengalaman diri.Mencerdaskan diri bersosialisasi mengenali karakter pribadi untuk lebih mawas diri dapatkan ridho Illahi.

Saya Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Tulungagung. Yang sedang mengembangkan diri untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Among Sang Penuntun

5 April 2022   13:55 Diperbarui: 5 April 2022   16:58 6205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching

Nikmah Mahanani, M.Pd

CGP Angkatan 4 SMA Negeri 1 Tulungagung

Wilayah Kabupaten Tulungagung

Fasilitator : Suyatno, M.Pd. M. Kom. 

Pendamping Praktik : Imatul Awaliyah, M.Pd 

Filosofi Among Kekuatan Sang Penuntun 

Ki Hadjar Dewantara dalam filosofinya menyampaikan  bahwa tujuan pendidikan adalah proses menuntun tumbuh  atau hidupnya kekuatan kodrat (potensi)  anak sehingga dapat memperbaiki lakunya sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Peran Pendidik sebagai penuntun sangat penting dalam proses pendidikan.  

Peran pendidik sebagai pamong  dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan diri tanpa membahayakan diri.  Seorang pendidik memerlukan kompetensi dan ketrampilan agar proses menuntun sesuai dengan tujuan pendidikan. Salah satu ketrampilan yang bisa dikembangkan dalam diri sang penuntun adalah coaching. Proses coaching merupakan komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, guru memberikan  ruang kebebasan murid dalam menemukan kekuatan diri .

Filosofi  Among yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri  Handayani, menjadi penguat keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan  andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.

Sudah sepatutnya sebagai seorang penuntun yang mengimplementasikan filosofi sistem Among dalam setiap proses menuntun dengan pendekatan coaching memerlukan penghayatan dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara .

Paradigma berpikir among yang terintergrasi dalam pendekatan komunikasi coaching ada  4 dimensi berpikir.

Coach dan  Coachee adalah Mitra Belajar 

Dialog antara coach dan coachee sebagai mitra belajar memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan relasi yang apresiatif yaitu melatih cara berpikir dalam  proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ada hal menarik yang bisa dipelajari adalah pada saat coach mendengarkan coachee, maka akan belajar mengenali kekuatan dirinya dan mengenali coachee-nya secara mendalam. Dan sebaliknya, tuntunan yang diberikan coach memberikan ruang bagi coachee untuk menemukan kekuatan dirinya.

Emansipatif

Proses coaching membuka ruang emansipatif untuk  merefleksikan kebebasan  melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma (rasa percaya, selaras,apresiatif), memberi peluang  untuk menemukan kekuatan dan potensi diri serta  menciptakan keselarasan cara berpikir antara coach dan coachee.   

Kasih dan Persaudaraan

Proses coaching merupakan  latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti, mendampingi dan mendorong kekuatan diri secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Setiap dialog dan interaksi yang terjadi pada Coach dan coachee  memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih.

Ruang Perjumpaan Pribadi

Proses coaching merupakan ruang perjumpaan pribadi antara coach dan coachee sehingga terbangun rasa percaya dalam kebebasan yang tercipta melalui stimulasi pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan diri coachee.

Koneksi antara coaching, pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran emosi dan sosial. 

 Filosofi KHD menyampaikan bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Seorang  Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat. Menyiapkan lingkungan belajar positif  yang menstimullasi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya.  Memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak  merasa selamat dan bahagia. Mempunyai kesadaran bahwa setiap murid yang duduk di kelas  adalah individu yang unik sehingga  menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran.  

Fakta bahwa murid memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka  akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Ada praktik pembelajaran yang bisa  merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid dan guru  secara konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar  mencakup kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa.  

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan sebagai serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan yang dibuat berterkait dengan kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Guru dan murid memerlukan kejelasan tujuan pembelajaran. Hal ini selaras dengan paradigma coaching sebagai mitra belajar mitra belajar yang memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan relasi yang apresiatif yaitu melatih cara berpikir dalam  proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar.

Selain itu untuk guru dalam menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya akan menyesuaikan rencana pembelajaran dengan menggunakan sumber yang berbeda, cara berbeda dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar. Memanajemen kelas yang efektif dengan menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang fleksibel dengan struktur yang jelas sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang  berbeda-beda  kelas tetap dapat berjalan secara efektif. Dan hal yang dilakukan adalah melakukan penilaian berkelanjutan.

Penilaian berkelanjutan seiring dengan pelaksanaan supervisi akademik. Supervisi akademik  dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Berkaitan dengan peningkatan performa pembelajaran tercantum juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan, bagian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan berikut Pasal 14 ayat (1) bahwa dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran selain dilaksanakan oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 yang dapat dilaksanakan oleh sesama pendidik;kepala Satuan Pendidikan; dan/atau dan Peserta Didik.

Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik. Kualitas guru diasumsikan  berkembang seiring  peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru. Ada dua paradigma utama  menjadi landasan menjalankan proses supervisi akademik  memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi  berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik. Dengan prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, konstruktif, terencana, reflektif, objektif , berkesinambungan dan komprehensif.

Strategi pembelajaran lain yang berpusat pada murid  adalah pembelajaran sosial emosional yaitu pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah.  Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pendidikan adalah proses menuntun yang menjadikan  pembelajaran budi pekerti sebagai dasar dari pendidikan. Pembelajaran budi pekerti (karakter) adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.

Pembelajaran Sosial Emosional dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Saat kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang. Mengabaikan perkembangan sosial dan emosional, akan berdampak buruk bagi akademik

Tujuan pembelajaran sosial emosional adalah memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri). Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri).  Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial). Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan relasi).  Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Tindak lanjut yang  membantu anak kita mengelola apa yang ada dalam diri mereka dan meningkatkan pembelajaran dengan melatih perhatian untuk mengembangkan well-being.

Mengembangkan well-being guru dan siswa. Well being adalah  kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Peran guru dalam menumbuhkan wellbeing bisa dilakukan melalui proses coaching yang merupakan sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan seseorang berinteraksi dalam sebuah komunikasi yang dinamis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan menuntun sesorang mencapai keberhasilannya dengan komunikasi memberdayakan. Komunikasi memberdayakan mencakup komunikasi asertif, pendengar aktif, bertanya efektif dan melakuka umpan balik positif.

Pengembangan coaching TIRTA berarti air (Sansekerta).  Murid diibaratkan air tugas guru adalah  memastikan air mengalir tanpa sumbatan dan coaching merupakan alat untuk menyingkirkan sumbatan sehingga dapat mencapai  manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Sebagai Sang Penuntun harus mampu menumbuhkan kesadaran penuh yang dilandasi perhatian yang berkualitas, keterbukaan, rasa ingin tahu, apresiasi, refleksi, kepedulian agar dapat mengelola kompetensi sosial dan emosional dirinya dan dapat menerapkan pembelajaran kompetensi sosial dan emosional maupun pembelajaran diferensiasi bagi murid di kelas, sekolah, dan komunitasnya untuk terwujudnya kesejahteraan psikologi (well-being).

Menyadari dan memahami bahwa pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan perkembangan pendidikan Abad ke-21 dapat menguatkan paradigma berpikir Among, prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur percakapan TIRTA dan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching sehingga mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang melaksanakan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun