Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid dan Kebingunganku

27 Juli 2020   19:47 Diperbarui: 27 Juli 2020   19:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Informasi perkembangan covid-19 di kotaku per 24 Juli 2020

Seminggu ini kotaku menjadi salah satu daerah dengan tingkat penambahan pasien positif covid 19 tertinggi di Jawa Timur. Bahkan dari 3 wilayah yang mendapat predikat zona merah, salah satunya adalah kota tercintaku Pasuruan. 

Takut dan merasa was-was tentunya. Penyakit ini sungguh tidak bisa diprediksi adanya. Itu adalah kesimpulan yang kudapatkan dari beberapa kasus yang melibatkan orang-orang terdekat dan di sekitarku. 

Bagaimana kami sebagai warga masyarakat bersikap biar aman dan terhindar? jawabannya mengharuskan kami menggelengkan kepala. karena memang itu yang terjadi.

Ada beberapa contoh kasus yang bisa menjelaskan pendapat pribadi saya itu. Kasus pertama adalah status positif yang mendadak disematkan kepada Paklik saya (Om) yang tinggal di Kota Penari. Keluarga besar sudah heboh dengan rasa kwatir dan takut ketika akhir Juni lalu ada kabar bahwa di kantor adik dan om saya ada kasus positif. 

Pimpinan mereka yang memang mondar mandir Surabaya kota Penari tiap hari sudah terdeteksi positif.  Apa yang terjadi berikutnya? Muncullah berita di berbagai media bahwa kantor  mereka menjadi cluster baru penyebaran covid 19. Ini menjadi trending topik di daerah yang berjuluk Kota Seribu Gandrung itu.

Bisa bayangkan bagaimana paniknya kami. Dalam WAG  keluarga besar terkirim ucapan semangat dan doa. Seluruh karyawan kantor tersebut menjalani swap masal. 

Seminggu kemudian hasilnya keluar. Selama itu mereka wajib isolasi mandiri di rumah. Yang membuat kami semakin cemas adalah kondisi Om yang saat dilakukan swap adalah kadar gula nya sedang tinggi. 

Beliau memang menderita diabet beberapa tahun ini. Artinya beliau masuk kategori ODR (Orang dalam Resiko). Kabar baik muncul ketika hasil swap adikku keluar. Kami bersyukur karena adikku negatif meskipun harus melanjutkan karantina mandiri selama 14 hari. Dia melakukan WFH.

Kekuatiran masih berlanjut, ternyata SWAP Om kami keluar dan positif. Perintah untuk di rawat di rumah sakit pun turun. Dinas Kesehatan setempat menawarkan penjemputan, namun ditolak oleh keluarga. 

Saat itu meskipun Omku dalam kondisi sehat atau tanpa gejala.  Sambil mengantar sang ayah menjalani perawatan di sebuat rumah sakit swasta, mereka sekeluarga melakukan swap di rumah sakit yang sama. 

Keluarga besar bersatu padu untuk menenangkan mereka sekeluarga. Kami tahu, musuh terbesar covid 19 adalah imunitas yang tinggi dan hati yang gembira. 

Terjadilah kehebohan di perumahan beliau. Warga perumahan mulai "menghindar" dan menatap dalam pandangan 'takut tertular". Permintaan warga untuk rapid test dipenuhi oleh pemerintah kabupaten setempat. 

Hasli rapid test melegakan, karena sulurh warga perumahan hasilnya negatif. Keluarga pasien menjalani karantina mandiri di rumah. Warga melakukan penerapan secara nyata sikap kegotongroyongan. 

Setiap pagi selalu ada kiriman segala sesuatu yang menjadi kebutuhan mereka. Pagar gerbang rumah mereka menjadi tempat untuk menggantungkan bantuan dari warga sekitar. Macam-macam bentuknya, sayur, lauk, bahan-bahan makanan sampai susu. 

Perhatian yang memberikan rasa damai bagi keluarga pasien. Bukan karena banyak dan jenis hantaran yang tertata di pagar rumah namun karena RASA PEDULI dan PERHATIAN mereka. Penghargaan yang mampu membahagiakan dan memberi rasa tenang bagi keluarga pasien.

Selama menjalani perawatan, kami bergantian video call dengan si sakit. Sering-sering memberi hiburan dalam kesendirian beliau di rumah sakit. Om ku masih tanpa gejala. Beliau sangat sehat, tidak batuk apalagi sesak nafas. Di rumah sakit hanya tidur, nonton TV, makan, dan jalan-jalan di kamarnya. 

"Paling ya keluar ke beranda." kata Beliau. Kamar pasien isolasilumayan mewan. Ber AC, kamar mandi di dalam, bed yang nyaman dan  memang ada semacam teras kecil yang tidak terhubung dengan tempat lainnya. 

Hanya pasien dalam kamar tersebut yang bisa keluar ke situ. Om ku tetap sehat, tanpa gejala apapun sampai hari ke 10 -an. Sementara teman-teman kantornya yang kemarin positif sudah keluar dari rumah sakit karena hasil swap berikutnya sudah keluar dan negatif.  

Merasa kasihan dan bingung menunggu hasil swab kedua yang belum turun, aku mencoba menghubungi seorang teman kuliah. Kebetulan dia duduk di DPR RI dapil Kota Penari. Kuceritakan semuanya. Dari awal sampai kondisi terkini.

'Kalau tidak ada gejalan kan lebih baik isolasi mandiri di rumah." Kataku padanya. Rasa sendirian dan tertekan bisa menjadi awal sakit bagi om ku. Adik tingkatku itu segera menjalankan tugasnya menghubungi beberapa pihat yang bisa memberi penjelasan valid tentang keadaan di sana. Termasuk mencari tahu lamanya SWAP turun. Sehari kemudian aku sudah diberitahu hasilnya. 

Intinya, Om ku boleh melakukan isolasi mandiri di rumah asal mendapat ijin dokter yang merawat. Jadilah demikian. Secara personal om ku menyampaikan keluhannya dan dokter yang merawat mengijinkan pulang esok harinya. akhirnya setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit, om ku pulang dengan membawa surat ijin isolasi mandiri di rumah. 

Swap kedua serta seluruh keluarga itu pun keluar setelah 2 mingguan. SEMUA NEGATIF. Lamanya informasi hasil SWAP ini dikarenakan rumah sakit swasta tersebut tidak memiliki lab yang mampu melakukan swap maka harus dikirim ke propinsi. Pastilah lama, saat itu jawa Timur terutama Surabaya menduduki peringkat tertinggi dalam kaus covid 19.

Kasus kedua. Terjadi di RT ku sendiri. Keributan dalam senyap melanda kehidupan dunia maya di RT ku. Siang itu tiba-tiba ada kabar bahwa warga RT ada yang positif. 

Sebagai orang tua aku segera menutup semua akses anak-anak untuk keluar. Mengapa demikian. karena ketidaktahuan kami tentang siapa yang saat ini sedang menderita dan berstatus sebagai pasien. 

Tidak lantas mencurigai namun kami waspada. Bersyukur dalam chat pribadi dengan seseorang yang mampu meberi informasi valid, mendapat kabar bahwa si pasien dan keluarganya sangat kooperatif dan segera melakukan isolasi mandiri. 

Kesetiaan untuk merahasiakan nama sangat kupahami karena tidak semua warga mampu bersikap arif terhadap seseorang yang sedang terkena covid 19.  

Terjadilah diskusi panjang meski hanya melalui dunia maya tentang penanganan pemerintah daerah terhadap covid 19. Gugus tugas apa fungsinya ya jika informasi siapa yang sudah menjadi positif tidak sampai ke masyarakat? Atau mengapa penanganannya terkesan lambat dan tiada hasil?  

Kami akan tiba-tiba tahu seseorang positif jika dia sudah dijemput petugas atau meninggal dunia. Bahkan beberapa kasus meninggal masih menyisakan tanya besar. Benar covid ataukah di COVID kan? Ini adalah sesuatu yang nyata di masyarakat. Pertanyaan yang belum menemukan jawaban.

Pada saat muncul kasus 01 dan 02, pemerintah selalu melakukan konferensi pers jika ada kasus positif. masyarakat menjadi mengerti dimana pasien terkena dan siapa saja yang telah terpapar. sekarang tak ada lagi. 

Mungkin karena sudah terlalu banyaknya orang yang terpapar. Jika sang pasien lantas kooperatif seperti tetangga tercinta kami tadi maka tetap aman dan nyamanlah seluruh penguhuni perumahan. 

Pasti masih saja ada warga yang tidak peduli. Di beberapa tempat bahkan pasien positif di temukan masih berkeliaran dan melakukan kegiatan di tengah masyarakat YANG TIDAK TAHU KALAU DIA TELAH TERPAPAR. Ini yang membahayakan. 

Covid 19 yang membingungkan. Dibalik seluruh ketidaktahuan ini hanya upaya baik saja yang bisa dilakukan. Tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat. Memakai masker, jauhi kerumunan, mencuci tangan setelah beraktifitas, makan cukup dan sehat, terakhir istirahat yang yang cukup. Pastilah berdoa dan saling mendoakan menjadi awal dari semua langkah. 

Tetaplah memberi contoh hidup sehat kapapun. Meskipun seandainya virus ini telah berlalu. Karena terbukti SEHAT itu adalah modal untuk kita mampu malakukan segala hal baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun