"Ngikuti nasehat ibu saya aja,"
Aku manggut-manggut. Tapi buru-buru tanganku menutup mulutku. Aku  menguap sekali lagi. Aku menatap Bu Berlian dengan mata berair karena menguap.
"Dulu ibu saya dan saya menonton wayang orang,"
"Oh, untunglah beliau melanjutkan ceritanya. Jadi aku nggak perlu membuat pertanyaan lagi," kataku dalam hati.
"Sewaktu menonton itu, suatu kali kelompok Pandawa dan Kurawa sedang berkumpul,"
Aku menatap Bu Berlian dengan susah payah menahan diri supaya tak menguap. Mataku sudah terasa berat untuk melek normal. Sudah separuh mata yang masih kebuka.
"Ibu saya menyuruh saya memperhatikan
saat kedua kelompok itu sedang mendengarkan petuah dari tetua,"
Aku masih menatap Bu Berlian dengan mata berair.
"Kamu lihat itu Pandawa, kalau ada orang tua bicara, Â lihat sikap mereka! Diam. Nunduk. Mendengarkan dengan baik. Mereka menyimak nasehat dari para sesepuhnya dengan baik," ujar Bu Berlian menirukan perkataan ibunya saat itu.
Aku memandang ke Bu Berlian masih dengan sorot mata menunggu kelanjutan ceritanya.
"Bandingkan dengan para Kurawa. Mereka kalau ada orang tua berbicara suka usreg aja badannya. Gerak terus. Matanya suka jelalatan kemana-mana. Sikapnya suka meremehkan orang yang sedang berbicara. Mereka emosionil banget wataknya," imbuh Bu Berlian.