Pria berkaos abu-abu yang bersuara.
Aku diam saja. Berpura-pura tak mendengar percakapan mereka. Sesekali melirik dengan ekor mata untuk mengintip siapa yang baru saja berbicara.
"Kayaknya kakak kita ini sedang kena azab gara-gara kelakuannya di masa lalu,"Â
Si laki-laki ceking yang bersuara.
"Iya. Kayaknya gitu. Ingat kan sewaktu kakak ipar kita sakit menjelang ajalnya, ada di mana kakak kita waktu itu?"
Yang berkacamata yang tadi berbicara.
"Ya sama perempuan tak punya malu tadilah,"Â
Yang berkaos abu-abu yang berkata-kata.
"Padahal aku sudah bilang ke kakak, tolong jangan pulang ke rumah perempuan itu dulu. Jagainlah kakak ipar. Ini kakak sedang sakaratul maut," imbuhnya lagi.
"Dan kakak kita dengan santai tanpa rasa bersalah cuma bilang, nggak usah. Nggak perlu. Terus langsung pergi begitu saja,"ujar yang ceking.
"Dan nggak sampai satu jam dari kakak kita pergi, kakak ipar kita meninggal,"kata si pria berkacamata.
Aku menghembuskan nafas panjang mendengarnya. Â Ada rasa sakit yang mendadak muncul di hati. Entah apa itu.
Percakapan mereka barusan menimbulkan perasaan sedih, perih dan kehilangan di hatiku.