Seperti tadi aku tak menggubrisnya. Kuteruskan makan.
"Waah, sarapan apa nih Dik?"
Tanya seorang pria berumur sekitar 40 tahun itu padaku saat ia melewati tempatku duduk.
"Nasi pecel, Kak,"sahutku pada pria yang menyapaku itu.
Pria itu tersenyum dan mengangguk paham.
Ia pun kemudian pamit untuk menuju kamar ayahnya di rawat.
Aku hendak membuang bungkus nasi pecel ke tempat sampah saat perempuan paruh baya tadi terlihat berjalan terburu-buru membawa tasnya meninggalkan ruang rawat dengan wajah kesal.
Ia tak mengucapkan kata apa pun saat melintas di depanku.
Kupandangi saja tanpa menegurnya.
Malas bercakap-cakap dengannya.
Aku sedang duduk di bangku ruang tunggu sambil meneguk air minum saat
laki-laki berumur 40 tahun tadi muncul dari arah dalam ruang rawat inap pasien.
"Mau kemana Kak?"giliran aku yang bertanya.
"Nebus resep. Ada obat baru dari dokter,"sahutnya seraya menunjukan sehelai kertas yang di pegangnya.
"Perempuan itu malas menebusnya. Kalau udah urusan ginian dia ogah. Dulu waktu bapak saya masih muda, gagah, banyak uang dia setia nungguin. Apa-apa diladenin. Sekarang giliran bapak saya sudah tua dan sakit-sakitan dia males ngurus. Dasar perempuan matre,"katanya dengan raut muka emosi.