Jika memang takdir Allah memisahkan kita, tidak pernah menakdirkan kita untuk bersama sebagaimana harapanku, maka aku harus apa? Aku lemah dengan cinta ini. Aku hanya seoarang wanita yang mengikuti takdirnya untuk hanya bisa menyimpan rasa sampai kesempatan itu benar-benar ada atau bahkan hilang selamanya. Aku menaruh harapan yang besar tentang kisah masa depan kita. Aku belum bisa membiarkannya pudar begitu saja. Dan apakah setelah kenyataan yang aku temukan kemaren itu benar-benar akan menjadi akhir dari segalanya? Aku bahkan sekarang sangat merindukanmu. Setelah beberapa hari aku menghapus nomormu, aku selalu merindukan sosokmu. Lebih baik aku tidak melihat statusmu meskipun aku merindukanmu, karna semua itu hanya akan menciptakan luka bagiku, luka akan kenyataan bahwa aku tidak pernah menjadi siapa-siapa dimatamu.
Baiklah, bila takdir ini baik untuk kita, maka dengan sekuat hati aku akan menerimanya. Allah bahkan lebih tahu apa yang paling baik untuk kita hambanya. Mungkin pertemuan kita hanyalah sebuah pembelajaran berharga bagiku bahwa aku harus menjadi seorang wanita kuat dan penyabar ketika nanti dikirimkan laki-laki sholeh dampaan hati pengganti posisimu. Aku positif thinking bahwa inilah proses pembelajaran yang harus aku lalui. Aku akan berusaha baik-baik saja karena aku sudah berdoa untuk penggantimu yang 100% lebih baik.
Terimakasih untuk segala harapan dan waktu berharga yang pernah kamu berikan kepadaku. Aku sangat menghargainya. Kamu adalah laki-laki kriteriaku dengan segala kebaikan, kesholehan, dan sikap anehmu itu. Selamat tinggal dan sampai jumpa bila Allah masih memberi kita kesempatan untuk bertemu.
Aku tidak tahu kapan kamu membuka pesan ini. Bila ini sudah hari Sabtu malam, maka aku sudah berada jauh darimu. Aku sedang dalam perjalanan ke Universitas dambaanku yang pernah kuceritakan dulu. Maaf aku tidak menghubungimu dengan Pesan WA. Aku pikir email lebih baik.
Salam yang paling hangat dariku,
--Zaya
HP yang sedari tadi tergeletak tak berguna karena tak sempat disentuh Amor setengah harian ini, buru-buru diambilnya. Apalagi yang bisa dilakukannya saat ini kalau bukan untuk menghubungi Zaya.
“Zaya, please kamu salah paham.” Gumam Amor dengan paniknya karena nomor Zaya sama sekali tak bisa dihubungi.
Bodohnya dia harus mendapati pernyataan cinta lebih dulu dari wanita yang selama ini juga sedang dia pikirkan. Ya, dia masih berpikir untuk menjatuhkan pilihan pada wanita yang akan dipilihnya. Setidaknya Zara adalah salah satu wanita yang berada dalam daftar pilihannya. Kini dia harus apa?
4Pov:Zaya
“Kamu jadi nulis cerpen dengan judul ‘Mereka-reka Dejavu’?” Tanya bestie Zaya yang beberapa detik lalu selesai membacakan karya cerpennya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!