Karena sejatinya yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidup bukan hanya material saja, tetapi ada kebutuhan jiwa atau spiritualitas yang juga perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaannya sempurna. Yusa Aziz, Psikoterapis dari Sanggar Jiwa Bertumbuh mengatakan bahwa beberapa kasus bunuh diri kerap terjadi ketika seseorang mengalami masalah dengan jiwanya. Dia juga mengungkapkan bahwa banyak kliennya yang meski telah memiliki omset bisnis triliunan rupiah, tapi keluarganya berantakan dan dirinya tidak bahagia.
Harusnya ini cukup menjadi referensi penting bagi kita bahwa memang menjadi bahagia itu dimulai dari jiwa yang ada dalam diri kita, bukan dari harta yang sejatinya perlu kita cari dari luar.
Maka dari sinilah saya berpendapat bahwa Berbagi kebahagiaan tidak harus dengan harta. Memang harta sangat kita perlukan untuk memenuhi keinginan dalam hidup yang tidak ada batasnya ini. Dengan materi, kita bisa merasa senang. Akan tetapi materi bisa bersifat sementara dan bisa saja dengan cepat meninggalkan kita.
Maka dengan apa kita dapat mewujudkan kebahagiaan orang lain selain dengan harta?
Pernahkah berpikir membahagiakan orang lain dengan sebuah pengabdian yang diamanahkan kepada kita? Dimana pengabdian sendiri berarti sebuah pelayanan atau bantuan tanpa mengharapkan imbalan.
Bukankah pengabdian yang diamanahkan tersebut bernilai tanggung jawab untuk mewujudkan kepuasan lalu berakhir dengan kebahagiaan? Simplenya, ada hak yang telah kita terima, lalu ada saatnya kita perlu mewujudkan kebahagiaan yang diinginkan atau ditargetkan oleh orang-orang lain tersebut. Lalu siapakah orang lain tersebut? Tentu saja bisa kita mulai dari orang-orang yang paling dekat dengan kita saat ini. Misalnya:
- Mewujudkan kebahagiaan orang tua dan keluarga
Tidak bisa dinilai seberapa besar perjuangan kedua orang tua kita dan keluarga besar sehingga mereka pantas masuk dalam daftar pertama orang-orang yang patut kita beri pengabdian disaat kita sudah dewasa kini. Bahkan merekapun tidak pernah menakarnya apalagi menyebut seberapa banyak yang telah mereka berikan pada kita.
Saya ingin mengatakan bahwa mewujudkan kebahagiaan mereka dengan cara Berbagi, Memberi, dan Menyantuni dengan harta itu penting. Kalau kita memilikinya, itulah yang wajib kita berikan.
Namun memberi pengabdian berupa non-materil itu nomor satu dan lebih penting. Dengan cara apa? Kita harus menghormati mereka, menyayangi, melindungi, membantu meringankan beban, membantu menyelesaikan masalah, selalu ada untuk mereka, dan mengutamakan mereka diatas segalanya, kapanpun dan dimanapun. Singkatnya, mereka pantas mendapatkan separuh kebahagiaan yang kita miliki. Meskipun kita tahu bahwa mereka tidak pernah menyebutkannya juga tidak pernah menuntutnya.
Setahu saya, mereka hanya mengatakan begini disaat kita lahir. “ Jadilah anak yang sholih/sholihah. Berbaktilah kepada kedua orang tua. Bergunalah bagi nusa dan bangsa”. Sudah begitu saja. Lalu kita tumbuh dan menjadi siapa saja yang kita inginkan. Bahkan bagaimanapun keadaan kita pada saat ini, mereka tetaplah orang-orang pertama yang selalu berada disamping kita apapun yang terjadi. Dengan apalagi kita membalas mereka kalau buka dengan pengabdian yang sama tak terbatasnya?
- Mewujudkan kebahagiaan atasan/bos di tempat kerja.
Membahas perwujudan kebahagiaan bagi seorang atasan/bos di tempat kita bekerja, tentu saja jelas ini bukan dengan harta atau materi. Jelas juga bahwa disana kita sedang menjalankan peranan profesional, dimana kita menjual jasa (tenaga dan pikiran) dengan mendapatkan kompensasi yang telah ditetapkan. Maka, yang perlu kita lakukan adalah dengan menjalankan peranan kita, tugas dan kewajiban kita, sesuai porsi dan bidang yang diamatkan oleh perusahaan.