"Okeyy kita ke rumah kakek sekarang." Jawabku sambil menggendong aya.
Jarak rumahku ke rumah bapak cukup dekat, membutuhkan waktu 20 menit saja, kita sudah sampai di halaman rumahnya. Motor vespa matic putihku sudah terparkir rapi di halaman rumah dan disana sudah ada 2 kakak kembar perempuanku yang datang lebih awal.
"Loh mba yani sama mba yuni udah sampai?"
" Udah dong, emang kamu? Yang lama banget." Becanda kakak-kakaku
"Iya dong aku kan orang sibuk." jawabku santai diikuti tawa kakak kembarku
"Pras, tak tunggu-tunggu kok nggak dhang masuk?" tanya bapak mengagetkan
"Hehehe... iya pak, lagi ngobrol sama kakak-kakak kembarku ini?" jawabku sambil merangkul mba yani dan mba yuni.
"Yowes ayo dhang masuk."
Aku memasuki rumah masa kecilku dulu, tak banyak yang berubah memang dan itu keinginan bapak sendiri yang tak ingin merubah bentuk asli dari rumahnya hingga sekarang ini. Bapak adalah orang yang tegas, berani menjawab ketika ada yang salah, dan selalu bertanggung jawab dengan yang telah dilakukan.Â
Dan itu juga yang menjadi prinsip aku selama ini, apalagi aku sudah berkeluarga. Dan kenapa kita sekeluarga berkumpul ke rumah Bapak? Jadi tradisi keluarga kita saat Hari Kemerdekaan adalah datang ke rumah bapak untuk berkumpul dan menceritakan cerita sejarah yang kita ketahui, baik anak-anaknya ataupun cucunya.Â
Dan biasanya cucu-cucu bapak mengadakan lomba-lomba sederhana untuk dimainkan agar tidak merasa bosan.