Jika pasangan sang pemutus hubungan menggunakan alasan bahwa kamu membosankan, kamu tidak asyik lagi, atau yang menyakitkan seperti sang pasangan mengaku sudah tidak cinta kamu lagi, maka bisa dipastikan akan membuat kamu insecure, marah, sedih, dan dampak negatif lainnya.Â
Selain itu sang pemutus hubungan juga rentan dikukung rasa bersalah. Sehingga alasan berkedok "kamu terlalu baik untuk aku" menjadi tameng. Setidaknya alasan ini berisi pujian bahwa kamu terlalu baik untuk dia yang playing victim sebagai pihak yang merasa kurang baik atau bahkan buruk.
Namun hal-hal di atas belum tentu benar. Lantas bagaimana yang sudah pasti benar?. Tentu saja hanya sang pelaku pemutus hubungan dengan kalimat "kamu terlalu baik untuk aku" dan Tuhan yang tahu pasti alasan sebenarnya.Â
Tapi penggunaan alasan super absurd ini bisa diminimalkan jika hubungan kalian merupakan hubungan yang "sehat". Artinya hubungan sepasang kekasih yang berupaya selalu melangsungkan komunikasi dua arah, saling jujur dengan keadaan masing-masing, termasuk jujur untuk mengungkapkan yang sebenarnya jika hubungan memang tidak bisa dipertahankan lagi.
Putus bukan berarti duniamu runtuh seketika kok. Kamu hanya perlu beristirahat dengan hati dan pikiranmu. Jika sudah siap kamu bisa mengarungi dunia "cinta" kembali. Salam cinta (haha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H