Mohon tunggu...
Nida Ulhasanah
Nida Ulhasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo,,,, Wellcome semuanya :) Semoga apa yang aku tulis bisa berguna dan bermanfaat buat kita semua :) Tetap jadi diri sendiri ya, jangan pernah menyerah! Mengeluh boleh, Menyerah jangan!!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori mengenai Tingkat Pendidikan, Kompetensi dan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

6 April 2024   23:00 Diperbarui: 6 April 2024   23:03 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Tingkat Pendidikan

A. Pengertian Tingkat Pendidikan

Siswanto dalam jurnal (Sumowo & Zakariya, 2019) menyatakan secara konseptual Pendidikan adalah segala sesuatu yang membina kepribadian dan kemampuan manusia, jasmaniah, rohaniah, yang berlangsung seumur hidup baik di dalam maupun diluar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan.

Menurut Riant Nugroho dalam buku (Dr. H. Abd. Rahman, 2022) Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melekat kepada setiap kehidupan bersama, atau dalam Bahasa politik disebut sebagai “negara-bangsa”, dalam rangka menjadikan kehidupan bersama tersebut mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan kehidupannya.

Hasibuan dalam jurnal (Santika, 2021) Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiran dan sikapnya.

Adapun menurut Carter V. Good dalam buku (Anwar, 2023) tersebut bahwa Pendidikan mengandung pengertian sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam Masyarakat, dan proses sosial dimana seseorang dipengaruhi sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga dia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

Sedangkan menurut Suhardjo dalam jurnal (Zakariya, 2019) Tingkat Pendidikan adalah tahapan Pendidikan yang ditetapkan berdasarkan Tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.  Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat.  Tingkat Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas Pendidikan adalah proses pembinaan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk mencapai persatuan, masyarakat adil, dan kemakmuran. Ini melibatkan adaptasi terhadap perkembangan kehidupan serta pengaruh lingkungan yang memengaruhi perubahan permanen dalam tingkah laku, pikiran, dan sikap. Pendidikan juga merupakan proses sosial di mana individu dipengaruhi oleh lingkungan terpimpin, seperti sekolah, untuk mengembangkan diri dan kecakapan sosial. Tingkat pendidikan memainkan peran penting dalam mengubah sikap dan perilaku hidup, memudahkan seseorang dalam menyerap dan mengimplementasikan informasi dalam gaya hidup sehat.

B. Indikator Tingkat Pendidikan

Indikator Tingkat Pendidikan menurut Lestari dalam jurnal (Djordian, 2021), yaitu:

  • Pendidikan Formal

Indikatornya berupa Pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh setiap pekerja yang meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengan Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi.

  • Pendidikan Informal

Indikatornya berupa sikap dan kepribadian yang dibentuk dari keluarga dan lingkungan.

C. Fungsi dari Tingkat Pendidikan

Komaruddin (2021),  berpendapat bahwa Pendidikan memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan, kualitas manusia dan pendapatan nasional, terutama dalam hal-hal berikut:

  • Proses belajar mengajar menjamin Masyarakat yang terbuka (yaitu Masyarakat yang senantiasa bersedia untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan dan harapan-harapan baru serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya).
  • Sistem Pendidikan menyiapkan landasan yang tepat Bagai Pembangunan hasil-hasil rises (jaminan melekat untuk pertumbuhan Masyarakat modern yang berkesinambungan). Investasi Pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan secara konstan menambah persediaan pengetahuan dan penemuan metode serta Teknik baru yang berkelanjutan.
  • Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan segala faktor yang dibutuhkan Masyarakat kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor Pendidikan akan menaikan pendapatan perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup dalam Masyarakat tersebut tidak menguntungkan.
  • Sistem Pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran keterampilan manusia di pasar tenaga kerja yang luwes.  Selain itu juga mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan Masyarakat teknologi modern yang sedah berubah.

2. Kompetensi

A. Pengertian Kompetensi

Definisi kompetensi menurut Stephen Robbin (2023)  yaitu suatu kemampuan (ability) atau kapasitas seseorang guna melaksanakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Di mana, kemampuan tersebut ditentukan oleh faktor intelektual dan fisik.

Selanjutnya Van Looy, Van Dierdonck, dan Gemmell (2023) berpendapat bahwa kompetensi adalah Karakteristik manusia yang terkait dengan efektivitas kinerja yang dapat dilihat dari perilaku, cara berpikir, dan gaya bertindak.

Menurut Ulrich (2022)  Kompetensi mengacu pada pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau kepribadian individu karakteristik yang secara langsung memengaruhi kinerja pekerjaannya.

Adapun kompetensi menurut Spencer dalam Palan (2022) ialah karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan.

Martin (2022) menyebutkan kompetensi biasanya mengacu pada fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh manajer, seperti pengembangan pegawai, dimana kompetensi merupakan kualitas individu yang dibawa pegawai kedalam pekerjaan, seperti kreativitas dan keterampilan.

Sedangkan menurut UU no 13 tahun 2003 dalam buku Sumardjo dan Marzuki (2022) tentang ketenagakerjaan kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang diterapkan.

Berdasarkan berbagai definisi para ahli, kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau karakteristik individu, seperti intelektual, fisik, pengetahuan, keterampilan, kepribadian, sikap kerja, dan lain-lain, yang secara langsung berdampak pada efektivitas kinerja individu dalam bekerja.  Kompetensi juga mencakup karakteristik dasar yang diperlukan untuk memenuhi kriteria suatu jabatan tertentu dan berkaitan dengan fungsi dan aktivitas yang dilakukan dalam pekerjaan, seperti pengembangan sumber daya manusia.  Oleh karena itu, kompetensi kerja tidak hanya mencakup kualitas pribadi yang dibawa seseorang dalam pekerjaannya, namun juga keterampilan kerja yang sesuai dengan standar yang berlaku di dunia kerja.

B. Jenis-jenis Kompetensi

Jenis-jenis kompetensi memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan efektivitas kinerja individu dan organisasi.  Moeheriono (2023) mengidentifikasi tiga jenis kompetensi utama:

  • Kompetensi Individu

Kompetensi individu dibagi menjadi dua kategori.  Pertama, ada kompetensi threshold, yang merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu ini mencakup kemampuan dasar seperti membaca atau menulis, yang merupakan fondasi untuk berfungsinya seseorang dalam pekerjaan atau tugas tertentu.  Kedua, ada kompetensi differentiating, yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dari yang berkinerja rendah.  Contohnya, individu dengan motivasi yang tinggi seringkali memiliki orientasi untuk mencapai tujuan di atas standar kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

  • Kompetensi jabatan

Kompetensi jabatan adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh individu yang menempati suatu posisi jabatan tertentu.  Ini sangat penting dalam menentukan siapa yang cocok untuk menduduki suatu jabatan.  Keberhasilan individu dalam jabatannya sering kali tergantung pada sejauh mana kompetensi individunya cocok dengan kompetensi yang diperlukan untuk jabatan tersebut.  Ketika ada kesesuaian antara kompetensi individu dan kompetensi jabatan, hal ini menciptakan "matching" yang baik.

  • Kompetensi Organisasi

Kompetensi organisasi merujuk pada karakteristik keahlian yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan.  Ini mencakup sinergi antara motivasi karyawan, upaya kolektif, teknologi, keahlian profesional, dan konsep-konsep kolaboratif yang diadopsi oleh manajemen.  Kompetensi organisasi bekerja secara sistematis dan terstruktur, memberikan organisasi kekuatan strategis, dan seringkali sulit ditiru oleh pesaing.  Kompetensi organisasi yang kuat dapat menciptakan organisasi berbasis kompetensi, di mana kompetensi individu sesuai dan mendukung kompetensi organisasi secara keseluruhan.

Dalam konteks kompetensi organisasi, penting untuk menciptakan keselarasan antara kompetensi individu karyawan dengan kompetensi yang diharapkan oleh organisasi.  Ini akan menghasilkan organisasi yang lebih efektif dan mampu menghadapi tantangan di lingkungan bisnis yang kompetitif.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

Menurut Michael zwell dalam (Noor, 2022) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu sebagai berikut:

  • Kayakinan dan nilai-nilai

Keyakinan terhadap diri maupun terhadap orang lain akan sangat memengaruhi perilaku.  Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu.

  • Keterampilan

Keterampilan memainkan peranan diberbagai kompetensi.  Berbicara didepan umum merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, dipraktikkan, dan diperbaiki.   Keterampilan menulis juga dapat diperbaiki dengan instruksi, praktik dan umpan balik.

  • Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman mengorganisasi orang, komunikasi dihadapan kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya.  Orang yang tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan tersebut.

  • Karakteristik kepribadian

Dalam kepribadian termasuk banyak faktor yang di antaranya sulit untuk berubah.  Akan tetapi, kepribadian bukannya sesuatu yang tidak dapat berubah.  Kenyataannya, kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu.  Orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya.

  • Motivasi

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah.  Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan, memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seseorang bawahan.

  • Isu emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.  Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.  Perasaan tentang kewenangan dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan menyelesaikan konflik dengan manajer.  Orang mungkin mengalami kesulitan mendengarkan orang lain apabila mereka tidak merasa didengar.

  • Kemampuan intelektual

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognirtif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis.  Tidak mungkin memperbaiki melalui setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi.  Sudah tentu faktor seperti pengalaman dapat meningkatkan kecakapan dalam kompetensi ini.

  • Budaya organisasi

Budaya organisasi memengaruhi kompetensi sumber daya manusia dalam kegiatan seperti rekrutmen dan seleksi karyawan, praktik pengambilan keputusan.

D. Indikator kompetensi

Beberapa indikator kompetensi menurut Gordon dalam (Noor, 2022) sebagai berikut:

  • Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kesadaran dalam bidang kognitif.  Misalnya seorang karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi belajar serta bagaimana melakukan pembelajaran dengan baik sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam perusahaan.

  • Pemahaman (understanding)

Pemahaman adalah kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki individu.  Misalnya, seorang karyawan dalam melaksanakan pembelajaran harus mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi kerja secara efektif dan efisien.

  • Kemampuan (skill)

Kemampuan adalah suatu yang dimiiki oleh individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan.  Misalnya standart perilaku para karyawan dalam memiliki metode kerja yang dianggap lebih efektif dan efisien.

  • Sikap (attitude)

Sikap yaitu perasaan (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.  Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji.

  • Minat (interest)

Minat adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalkan melakukan suatu aktivitas kerja.

3. Pelayanan Kesehatan

A. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya untuk menyelenggarakan perorangan atau bersama-sama dalam organisasi untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan, memelihara serta menyembuhkan penyakit dan juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga dan ataupun publik masyarakat. (Depkes RI, (2023) )

Menurut Levey and Loomba dalam buku (Dr. Hj. Mu'ah, 2014) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Adapun menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo dalam (Manis, 2023) pelayanan kesehatan adalah sebuah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) memiliki sasaran yaitu publik dan masyarakat.

Sedangkan menurut Mishbahuddin dalam (Endah Yani & al, 2021) pengertian pelayanan kesehatan adalah sebagai suatu usaha atau upaya untuk membantu orang lain dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga orang tersebut mendapatkan kepuasan dalam bidang kesehatan.  Pelayanan kesehatan merupakan suatu proses meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat luas dalam usaha memulihkan kesehatan dan mencegah berbagai penyakit.  Usaha peningkatan pelayanan tersebut diusahakan secara terus menerus. 

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pelayanan kesehatan adalah serangkaian upaya mandiri dan kolaboratif dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, komunitas, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan.  Fokusnya adalah pada pencegahan dan promosi kesehatan bagi publik dan masyarakat.  Proses ini mencakup upaya berkelanjutan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan tujuan memulihkan kesehatan dan mencegah penyakit.  Pelayanan kesehatan mencakup aspek kepuasan individu terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Dalam buku yang berjudul Manajemen Kesehatan karya (Hartati, et al., 2023) Pengertian kualitas pelayanan kesehatan menurut para ahli dapat bervariasi, namun umumnya mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan kepuasan pasien, keamanan, efektivitas, responsivitas, dan efisiensi pelayanan.   Berikut adalah beberapa definisi kualitas pelayanan kesehatan menurut beberapa ahli:

Menurut Donabedian dalam (Hartati, et al., 2023), seorang ahli dalam bidang kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan dapat diukur melalui tiga dimensi yaitu:

  • Struktur: meliputi aspek fasilitas, peralatan, dan sumber daya manusia yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan.
  • Proses: merujuk pada cara pelayanan kesehatan diberikan, termasuk diagnosis, perawatan, dan tindakan medis yang diambil.
  • Hasil: mencakup hasil akhir dari pelayanan kesehatan, termasuk tingkat pemulihan pasien dan kepuasan pasien.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam (Hartati, et al., 2023), kualitas pelayanan kesehatan dapat diukur melalui model GAP, yaitu perbedaan antara ekspektasi pasien dan persepsi mereka terhadap pelayanan yang diberikan.  Jika persepsi pasien melebihi ekspektasi, maka kualitas dianggap baik.

Dalam pemikiran lanjutan Donabedian dalam (Hartati, et al., 2023), tentang kualitas pelayanan kesehatan, dia menekankan pentingnya keselamatan pasien, serta pelayanan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada kebutuhan pasien.

Sedangkan Fitzpatrick dan Hopkins dalam (Hartati, et al., 2023), kualitas pelayanan kesehatan adalah ukuran sejauh mana pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta sejauh mana pasien merasa puas dengan pelayanan yang diterima.

Berdasarkan perbedaan konsep para ahli di bidang mutu pelayanan kesehatan, dapat disimpulkan bahwa penilaian mutu pelayanan mencakup beberapa aspek yang saling berkaitan.  Donabedian menekankan tiga aspek utama yaitu struktur, proses, dan hasil layanan.  Struktur mengacu pada ketersediaan fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja dalam penyediaan layanan.  Proses ini mencakup bagaimana pelayanan diberikan, termasuk proses diagnosis, pengobatan, dan pengobatan medis.  Hasil mencakup tingkat kesembuhan dan kepuasan pasien.  Di sisi lain, model GAP yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry menekankan pada perbedaan harapan dan persepsi pasien terhadap layanan yang diterimanya.  Donabedian juga menekankan pentingnya keselamatan pasien, layanan yang berpusat pada pasien, dan fokus pada kebutuhan pasien.  Fitzpatrick dan Mr Hopkins menekankan kepatuhan layanan terhadap standar yang ditetapkan dan kepuasan pasien.

 Semua hal di atas menunjukkan bahwa menilai mutu pelayanan kesehatan memerlukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai aspek yang saling terkait guna meningkatkan mutu pelayanan dan lebih memenuhi kebutuhan pasien.

B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 12-15 menjelaskan beberapa Fasilitas pelayanan Kesehatan, yaitu:

  • Pelayanan Kesehatan Promotif

Pelayanan Kesehatan promotif merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kegiatan promosi Kesehatan.

  • Pelayanan Kesehatan Preventif

Pelayanan Kesehatan Preventif adalah Tindakan pencegahan terhadap gangguan Kesehatan/penyakit.

  • Pelayanan Kesehatan Kuratif

Pelayanan Kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit, meringankan penderitaan yang berkaitan dengan suatu penyakit, mengendalikan suatu penyakit atau mengendalikan suatu kecacatan untuk menjamin mutu orang yang terkena itu bisa dioptimalkan semaksimal mungkin.

  • Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif

Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menyatukan Kembali pasien lama ke dalam Masyarakat dan memungkinkan mereka dapat berfungsi kembali sebagai anggota Masyarakat, serta berguna bagi dirinya sendiri dan Masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

C. Indikator Kualitas pelayanan Kesehatan

Indikator kualitas pelayanan kesehatan adalah parameter atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pelayanan kesehatan yang diberikan memenuhi standar tertentu dan memenuhi kebutuhan pasien.

Menurut Nursalam (2019) terdapat 6 Indikator utama kualitas pelayanan kesehatan, yaitu sebagai berikut:

  • Keselamatan pasien (patient safety)

Patient safety meliputi infeksi nosokomial, risiko jatuh pada pasien, dekbitus/luka tekan, pemberian obat, dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan.

  • Pengelolaan nyeri dan kenyamanan

Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif agi tubuh yang akan muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

  • Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

Kepuasan pasien adalah respons evaluatif, afektif atau emosional yang terkait dengan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit serta harapan pasien terhadap pelayanan tersebut (Mumu, (2019)).  Beberapa aspek terkait kepuasan pasien adalah kompetensi klinis tenaga kesehatan, empati, kesediaan menjawab keluhan, responsive, caring, komunikasi, dan lain-lain.

  • Perawatan diri

Terdapat enam aktivitas yang diperhatikan dalam perawatan diri seperti makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.

  • Kecemasan pasien

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit diobservasi.  Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa rencana begitu mulai masuk rumah sakit.

  • Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien

Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Referensi :

Djordian, K. (2021). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Karya Mentari Seraya. Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, 12. Retrieved from http://eprints.kwikkiangie.ac.id: http://eprints.kwikkiangie.ac.id/1987/3/bab%202.pdf

Dr. H. Abd. Rahman, S. M. (2022). Tri Pusat Pendidikan Perspektif Tasawuf. Jakarta: CV. Kaaffah Learning Center.

Dr. Hj. Mu'ah, S. M. (2014). Kualitas Layanan Rumah Sakit Terhadap Emosi dan Kepuasan Pasien. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

Endah Yani, R. W., & al, e. (2021). Praktek Kerja Lapangan Manajemen Pelayanan Kesehatan (PKL MPK). Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.

Gustinerz. (2019, Juni 30). 6 Indikator Utama Kualitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Retrieved from gustinerz.com: https://gustinerz.com/6-indikator-utama-kualitas-pelayanan-kesehatan-di-rumah-sakit/

Hartati, Azhari, A. S., Nespita, W., Sukma, M., Gusra, T., Aisyiah, I. K., . . . Setia Ningsih, D. A. (2023). Manajemen Kesehatan Strategi dan Praktik untuk Meningkatkan Pelayanan Kesehatan. Sumatera Barat: CV. Gita Lentera.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/08/. (2023, Agustus). Retrieved from https://www.seputarpengetahuan.co.id: https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/08/pengertian-pelayanan-kesehatan-tujuan-jenis-jenis-terlengkap.html

Manis, S. (2023, Agustus 10). https://www.pelajaran.co.id/pengertian-pelayanan-kesehatan-tujuan-dan-jenis-jenis-pelayanan-kesehatan-masyarakat/. Retrieved from https://www.pelajaran.co.id: https://www.pelajaran.co.id/pengertian-pelayanan-kesehatan-tujuan-dan-jenis-jenis-pelayanan-kesehatan-masyarakat/

Noor, T. (2022). Monoghraf Motivasi dan Kompetensi Kinerja Karyawan pada PT Penascop Marritim Indonesia. CV. Azka Pustaka.

Nuraini, B. (2023). Strategi meningkatkan kinerja pegawai : Pendekatan terpadu kompetensi, motivasi dan budaya organisasi. Kalimantan tengah: PT. Asadel Liamsindo Teknologi.

Pasla, B. N. (2023, Februari 27). https://bnp.jambiprov.go.id. (M. Seto, Editor) Retrieved from bnp.jambiprov.go.id: https://bnp.jambiprov.go.id/kompetensi-pengertian-jenis-manfaat-faktor-dan-indikator/

Santika, I. P. (2021, Agustus 31). Pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kompensasi serta dampaknya pada kinerja pegawai rumah sakit daerah mangusada badung. Jurnal Ekonomi dan Pariwisata, 16, 65.

Sumardjo, M., & Marzuki, F. (2022). Strategi Sumber Daya Manusia: Untuk Perusahaan dan Publik. Depok: PT. Raja Grafindo Persada .

Sumowo, S., & Zakariya, Y. d. (2019). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa kerja, dan Gaji terhadap Kinerja Karyawan Universitas Muhammadiyah Jember. Repository UnmuhJember, 4.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun