Mohon tunggu...
Nidamia
Nidamia Mohon Tunggu... Freelancer - verba volant, scripta manent

seorang sarjana psikologi yang meminati konsentrasi psikologi sosial. tentangku bisa dilihat di about.me/nida.damia :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meraba Fana

31 Maret 2019   12:55 Diperbarui: 31 Maret 2019   18:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.shutterstock.com/

Aku harus meraih benda apapun dengan sensasi rasa yang berbeda. Bisa meraba tapi tak bisa melihat rupanya. Aku merasa tak berdaya, tak berguna. Semenjak kecelakaan maut itu, aku tak bisa melihat dunia lagi dengan kedua bola mata. Ini sungguh sangat menyiksa.

Hari-hariku kini lebih banyak berada dalam kamar. Aku masih belum bisa menerima kondisiku sekarang. Bibi selalu membujukku untuk keluar kamar, bahkan sampai bisa keluar rumah untuk menyegarkan pikiran. Tetapi aku tetap tidak mau. Buat apa keluar sana kalau tidak bisa menikmati rupanya lagi?

"Mia, yuk kita ke rumah nenek. Kita habiskan waktu bulan Ramadhan nanti di sana. Suasananya adem sekali. Kamu pasti senang jika berada di sana. Mungkin kamu jadi betah gak mau pulang, hehe..", ujar ibuku dengan nada gembira dan candaan.

"Gak, bu. Aku ingin di sini saja. Buat apa aku keluar, sia-sia saja aku tidak bisa melihat apapun. Mengambil minum untuk diri sendiri saja sulit! Aku tidak mau!", balasku dengan penuh emosi marah.

"Mia sayang.. kita coba ya sehari dulu saja.. siapa tahu kamu suka dengan nuansa di sana..", ucap ibu dengan nada bujuk rayu.

"Hmm, baiklah, aku coba satu hari dulu."

Akhirnya aku pun luruh dengan bujukan ibu. Ibu memang pandai merayuku dengan sikapnya yang lembut. Ibu pun langsung memelukku, tanda hatinya senang dengan keputusanku yang sejalan dengan keinginannya. Tapi sayang, aku tidak bisa melihat raut wajah bahagianya ibu lagi.

***

Bulan penuh berkah itu pun tiba. Bibi dan ibu sudah merapihkan keperluanku ke dalam koper dan tas lainnya. Aku tidak tahu pakaian milikku mana saja yang mereka pilih. Tapi aku yakin, ibuku pasti memilihkan pakaian dan beberapa benda yang aku sukai.

"Alhamdulillah, sekarang saatnya kita berangkat. Ibu yakin sekali pasti kamu sangat senang dengan suasana di rumah nenek..", ucap ibu dengan riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun