Mohon tunggu...
Nida Aulia
Nida Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger dan Cerpenis

Lulusan S1 Psikologi yang memiliki minat besar dalam menulis cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harmony in Dublin

9 Juli 2024   10:56 Diperbarui: 10 Juli 2024   07:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah gemerlap Kota Dublin, di antara melodi-melodi yang mengalun di jalanan, terdapat kisah harmoni tak terduga antara dua jiwa dari dunia yang berbeda.

Kirana, mahasiswi yang bersemangat dari Indonesia, baru saja memulai perjalanan magister musiknya di Trinity College Dublin. Dengan minat yang mendalam terhadap musik Irlandia dan folklor, dia tenggelam dalam kekayaan budaya Irlandia sejak saat kedatangannya.

Pada suatu pagi yang cerah, Kirana memutuskan untuk mengeksplorasi Dublin dengan naik kereta.

Saat berada di dalam kereta yang ramai, dia sangat menikmati pemandangan kota yang indah bergerak perlahan di luar jendela.

Seorang pemuda yang kira-kira berusia awal 30-an duduk di depannya. Kirana hanya melihatnya sebentar, kemudian kembali sibuk mengagumi pemandangan di luar jendela.

"Are you a student?" Sapa pria itu dengan ramah.

"That's right. Saya mahasiswi magister musik di Trinity College Dublin," jawab Kirana.

"Apakah kau tertarik dengan musik Irlandia?"

Kirana mengangguk antusias, "Yes, sangat! Saya bahkan ingin menghadiri pertunjukan musik Irlandia selama di sini."

"Mungkin kau akan menyukai pertunjukan kelompok paduan suara yang saya pimpin," ujar pria itu dengan antusias. "Besok, kami akan tampil di festival St. Patrick di Grafton Street. Kau ingin datang?"

Kirana tersenyum lebar. "Pasti! Saya akan senang sekali untuk datang."

"Saya senang bisa mengenalkan mu pada musik Irlandia melalui musik kami. By the way, perkenalkan, my name is Gabriel."

Gabriel mengulurkan tangannya dengan ramah dan disambut hangat oleh Kirana. "My name is Kirana."

"Ini stasiun saya," ucap Kirana saat kereta berhenti. "Terima kasih atas undangannya, Gabriel. Saya benar-benar bersemangat untuk melihat pertunjukan paduan suaramu besok."

Gabriel tersenyum hangat. "Senang mendengarnya, Kirana. See you tomorrow at Grafton Street. Goodbye!"

Keesokan harinya, di tengah semarak festival St. Patrick di Grafton Street, Kirana tiba dengan penuh semangat untuk menyaksikan pertunjukan paduan suara yang dipimpin oleh Gabriel. Gadis itu mengenakan mantel cokelat yang tebal di bawah rintik-rintik hujan.

Di tepi jalan, Gabriel dan grupnya memulai pertunjukan dengan lagu-lagu yang menggetarkan hati, seperti Only You, mengisi udara dengan harmoni yang memikat. Gabriel mengenakan sweater bergaris-garis abu-abu hitam dan celana hitam, berdiri di tengah-tengah anggotanya, wajahnya bersinar meski cuaca mendung.

Kirana berdiri di antara kerumunan yang antusias, menikmati setiap melodi yang mengalun. Matanya tak henti-hentinya mencari sosok Gabriel di antara para penonton yang bergerak-gerak. Tiba-tiba, pandangannya bertemu dengan mata Gabriel yang hangat dari panggung.

Gabriel tersenyum lebar saat dia melihat Kirana di antara kerumunan. Dia membiarkan matanya mengikuti gerakan Kirana, yang tersenyum ke arahnya dengan tangan terangkat ke atas.

"Thanks for coming," ucap Gabriel dengan berbisik seraya melambaikan tangannya.

"Pertunjukan kalian sangat luar biasa," ujarnya juga berbisik.

Setelah pertunjukan selesai, Kirana berbicara tentang pertunjukan tadi dengan penuh antusias kepada Gabriel.

Kirana merasa nyaman berbagi cerita dan impian dengan Gabriel. Pria berwajah tampan itu mendengarkannya dengan seksama. Menatapnya yang berbicara dengan tatapan penuh empati.

Setelah beberapa saat, Gabriel mengajak Kirana untuk makan malam bersama di sebuah pub tradisional di Dublin.

Di pub yang hangat dengan cahaya lilin, Gabriel memperkenalkan Kirana pada beberapa teman dekatnya yang juga anggota dari paduan suaranya. Mereka tertawa dan berbagi cerita, menciptakan ikatan yang semakin kuat di antara keduanya.

Setelah makan malam, keduanya berjalan bersama di tepi Sungai Liffey yang indah. Mereka berbagi tentang impian mereka, kecintaan mereka pada musik, dan bagaimana mereka masing-masing menjalani kehidupan di Dublin.

"Mengapa kau begitu tertarik pada musik Irlandia?" tanya Gabriel, memandang Kirana dengan penuh perhatian.

"For me, musik adalah jendela ke dalam budaya. Musik Irlandia begitu kaya dan mendalam. Saya merasa seperti ada cerita di setiap melodi yang mereka mainkan."

Gabriel mengangguk setuju. "Saya sependapat. Musik memungkinkan kita untuk terhubung secara mendalam dengan emosi manusia. And you, Kirana, kau memiliki cara tersendiri untuk merangkai melodi dalam hatimu."

Kirana tersipu malu, tersentuh oleh kata-kata Gabriel. Mereka berjalan lebih jauh, berhenti di sebuah taman kecil di pusat kota yang sunyi. Di bawah cahaya gemerlap bintang-bintang, Gabriel memandang Kirana dengan tatapan hangat.

"Kirana, saya merasa beruntung bisa bertemu denganmu di festival hari ini," ucap Gabriel dengan suara lembut. "Saya tidak bisa berhenti memikirkan mu sejak pertama kali kita bertemu di kereta."

Hati Kirana berdebar kencang.

Gabriel mengulurkan tangannya, menyentuh lembut tangan Kirana. "Maukah kau menjalani hari-hari bersamaku di Dublin, Kirana? Saya ingin kita bisa menjelajahi dunia musik dan budaya bersama."

Kirana tersenyum, air matanya berlinang bahagia. Mereka berpelukan di bawah langit Dublin yang bercahaya.

***

Kompasiana
Kompasiana

Ikutan: https://bit.ly/KONGSIVolume1 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun