Setelah pertunjukan selesai, Kirana berbicara tentang pertunjukan tadi dengan penuh antusias kepada Gabriel.
Kirana merasa nyaman berbagi cerita dan impian dengan Gabriel. Pria berwajah tampan itu mendengarkannya dengan seksama. Menatapnya yang berbicara dengan tatapan penuh empati.
Setelah beberapa saat, Gabriel mengajak Kirana untuk makan malam bersama di sebuah pub tradisional di Dublin.
Di pub yang hangat dengan cahaya lilin, Gabriel memperkenalkan Kirana pada beberapa teman dekatnya yang juga anggota dari paduan suaranya. Mereka tertawa dan berbagi cerita, menciptakan ikatan yang semakin kuat di antara keduanya.
Setelah makan malam, keduanya berjalan bersama di tepi Sungai Liffey yang indah. Mereka berbagi tentang impian mereka, kecintaan mereka pada musik, dan bagaimana mereka masing-masing menjalani kehidupan di Dublin.
"Mengapa kau begitu tertarik pada musik Irlandia?"Â tanya Gabriel, memandang Kirana dengan penuh perhatian.
"For me, musik adalah jendela ke dalam budaya. Musik Irlandia begitu kaya dan mendalam. Saya merasa seperti ada cerita di setiap melodi yang mereka mainkan."
Gabriel mengangguk setuju. "Saya sependapat. Musik memungkinkan kita untuk terhubung secara mendalam dengan emosi manusia. And you, Kirana, kau memiliki cara tersendiri untuk merangkai melodi dalam hatimu."
Kirana tersipu malu, tersentuh oleh kata-kata Gabriel. Mereka berjalan lebih jauh, berhenti di sebuah taman kecil di pusat kota yang sunyi. Di bawah cahaya gemerlap bintang-bintang, Gabriel memandang Kirana dengan tatapan hangat.
"Kirana, saya merasa beruntung bisa bertemu denganmu di festival hari ini," ucap Gabriel dengan suara lembut. "Saya tidak bisa berhenti memikirkan mu sejak pertama kali kita bertemu di kereta."
Hati Kirana berdebar kencang.