"Hey pendek!"
"Eh mini mau kemana kau?"
"Main selonong saja janc*k bagi sini dulu uang jajan kau!
Namaku Andre dan ya itulah yang mereka sebutkan kepadaku saat aku berada di Sekolah Dasar. Tahun ini aku masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Yutopia, SMP swasta di kabupaten tersebut. Jarak rumahku ke SMP tidak begitu jauh hanya berjarak 20 menit dengan berjalan kaki dan 15 menit dengan menggunakan kendaraan.
Penindasan (Bullying) sudah terbiasa saat aku berada di Sekolah Dasar. Kata kasar seperti ;
"Hey kucing!"; (Kata kasar hewan yang selalu kita dengar)
"Dasar golok!";
"Lemah banget ya kau, pengecut!";
dan masih banyak lagi sudah terbiasa terdengar olehku. Terkadang aku menghiraukan mereka tapi bila sudah kesal aku terkadang selalu memarahi mereka dan aku berakhir dengan pukulan.
"Hey mini(itulah sebutan mereka kepadaku), sini coba."
"Ada apa kenapa kalian selalu memanggilku mini?" tanya aku.
"Ya karena kau pendek, kau ada uang gak?"
"Kemarin kaliankan sudah minta, aku tidak bekal hari ini."
"Bohong kau coba liat isi tas dan sakumu!"
"Tidak mau!" ujarku.
"Ohh berani ya!"
Dan berakhir dengan tonjokan bila aku menolak.
...
Ibuku asalnya ingin memasukan ku ke SMP Negeri hanya saja tidak jadi karena kasihan kepadaku yang selalu pulang ke rumah dengan berantem saat bersekolah di Sekolah Dasar Neger. Akhirnya, Ibuku memasukkan ku ke SMP swasta dan SMP itu bersifat Full-day dan mempelajari ilmu agama dan motto SMP mereka berkarakter agar menciptakan siswa yang berkarakter baik.
"Kamu masuk SMP swasta ini saja ya nak agar kamu bisa mengaji nantinya." Kata ibuku.
"Baik bu, pilihan ibu pasti jalan yang terbaik." Ujarku.
Ya aku harap suasana di SMP ini tidak seperti suasana dulu seperti di Sekolah Dasar.
Awal masuk SMP adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) terlebih dahulu. 1 minggu MPLS dilakukan, hari-hari pengenalan dilewati aku masih belum terbiasa berbicara dengan orang lain apalagi orang asing. Setelah 1 minggu kami memulai pembelajaran kami dan nama kelas kami adalah kelas 7 Al-Khawarizmi. Di SMP ini nama-nama kelasnya terinspirasi oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
3 bulan di SMP aku mulai terbiasa dengan aturannya dan teman-temannya yang lumayan perhatian kepadaku. SMP ini bisa dibilang sangat sekolah baru karena aku angkatan yang ke-2. Dan kakak kelas di SMP ini harus memiliki adik asuh dan kami sebagai adik kelas memanggilnya kakak asuh. Guru disini pun sangat perhatian seperti orang tua di sekolah. 1 kelas kami hanya ada 12 orang dan cukup solid. Tapi ada 1 orang murid yakni ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dikelas kami dan aku pun menghiraukannya. Dia bernama Abdul.
6 bulan berlalu aku cukup nyaman di sekolah ini tapi ada satu kejadian yang membuatku tidak nyaman di sini.
"Andre, kamu ke ruang guru dulu ya sebentar." Kata walikelasku.
"Baik bu." Kataku.
Saat baru saja membuka pintu ruang guru tiba-tiba...
"Ohh ini ya anaknya!!! Lihat apa yang kamu perbuat kepada Abdul"
Aku tidak tahu apa yang terjadi tiba tiba ibu dan neneknya dari anak ABK itu memarahi ku sambil menunjukkan darah dan mengancamku.
"Andre bener ga kamu melakukan itu kepada Abdul?" tanya salah satu guruku.
"Melakukan apa bu saya tidak tahu apa apa." Kataku.
"Ini kata Abdul kamu sama Pratamakan Dul menusuk bujalnya dengan korek kuping di kantin!" kata neneknya Abdul.
"Iya nek." Kata Abdul.
Pratama adalah sahabatku di SMP untungnya ia tidak sekolah waktu itu kalau sekolah mungkin akan dipanggil dan bernasib sama denganku yang dituduh.
"Coba panggil juga Pratamanya!" Kata nenekya.
"Dia sedang sakit tidak sekolah bu." Kataku.
Aku disana tidak tahu apa apa tiba-tiba saja dituduh melakukan hal sebodoh itu. Aku pun menangis karena terus-terusan dituduh dan dimarahi sambil diancam akan dilaporkan ke polisi.
"Awas saja ya kalau kamu ga ngaku nanti bakal dilaporin polisi!" ujar ibunya.
"Aku tidak tahu apa-apa bu malah dituduh." Jawab aku sambil menangis.
"Ini jangan dulu dibawa ke ranah hukum ya kita ga tahu apa-apa, tidak ada bukti juga." Jawab salah satu guruku.
"Ini ada buktinya darah." Kata neneknya
Neneknya menunjukkan darah yang diserap oleh tisu.
"Awas saja ya!!!" kata neneknya.
Percuma saja aku berkata jujur disini rata-rata orang dewasa tidak mempercayai anak kecil berbicara.
Bel sekolah pun berbunyi...
Ding...
Ding...
Ding...
Ding...
Aku pun disuruh untuk pulang dulu. Dan kakak kelas mengingatkanku bahwa jangan terlalu dipikirkan. Aku pulang berjalan kaki sambil merintih menangis dan aku kepikiran disitu untuk mengakhiri hidupku dengan bunuh diri.
"Kenapa dunia begitu kejam kepadaku ya Tuhan." Ujar didalam hatiku.
Aku sadar bahwa cobaan seperti itu tidak boleh membuat kita harus sampai mengakhiri hidup kita karena mungkin Tuhan memberikan cobaan seperti itu karena dia sayang dan juga aku berpikir bahwa masih ada orang tua yang harus kubanggakan.
Aku pun pulang ke rumah tanpa berbicara sedikit kata pun karena guru bilang masalah ini jangan bawa-bawa orang tua atau jangan dibicarakan dengan orang tua.
...
Beberapa hari berlalu aku pun tidak melihat anak ABK itu setelah kejadian itu, teman-temanku juga bertanya-tanya apakah benar kejadian itu.
"Andre, apa bener yang kamu lakukan kepada Abdul?" Kata salah satu teman kelasku Nia.
"Tidak mungkinlah buat apa aku melakukan hal seperti itu." Jawabku.
"Iya juga sih ga mungkin Andre yang baik melakukan hal seperti itu."
"Iya itu semua hanyalah fitnah."Jawabku dengan bawaan rasa dendam.
"Ya tapi rasa dendam tidak membuat kita berkembang, aku harus menunjukkan diriku bahwa akulah yang terbaik, jangan peduli orang-orang mau memanggil apa kepada kita atau menuduh kita yang lalu biarlah berlalu. Tunjukkanlah bahwa dirimu yang terbaik." Pikirku dalam hati.
Aku merasa anak ABK tersebut tidak perlu ditemani tapi itu terlalu kejam buatku, aku tidak bisa memusuhi seseorang karena aku telah merasakan bagaimana bila kita tersakiti.
...
Kejadian yang lalu biarlah berlalu. Dikelas 8 aku mulai aktif berorganisasi di SMP dan berpikir untuk terus belajar. Penindasan yang aku alami di Sekolah Dasar tidak pernah lagi terjadi disini tapi terkadang ada kakak kelas yang jahil kepadaku. Dikelas pun aku dan teman-temanku cukup solid karena kami hanya 12 orang. Semua siswa disekolahku pada saat itu mengikuti organisasi seperti Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK).
Tok tok tok, bunyi ketukan pintu depan kelasku.
"Ayo, siapa yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua dan wakil ketua OSIS-MPK?" tanya guru kesiswaan.
"..." tidak ada yang menjawab pertanyaan dari guru pada saat itu mungkin teman-teman dan aku perlu berpikir terlebih dahulu.
"Tidak ada? Baiklah, kalau ada yang ingin segera isi formulirnya ya, diangkatan kalian ini wajib ya harus ada yang mewakilkan untuk menggantikan angkatan yang pertama karena sudah kelas 9." Kata guruku.
"Siap pak."
OSIS dan MPK disekolah kami tidak begitu aktif tapi sekalinya ada acara pasti akan sibuk. Aku pun berminat untuk mencalonkan diri dan temanku mengajakku untuk menjadi wakilnya.
"Hey Andre mau ga kamu jadi wakil ku kita calonkan diri untuk menjadi ketua dan wakil MPK?" kata temanku Zidan.
"Hmm boleh tetapi aku belum pengalaman untuk berorganisasi." Jawabku.
"Tidak apa-apa, kita sama-sama belajar, aku pun belum pernah berorganisasi. Kita percaya diri saja mau kepilih mau ngga juga tidak apa-apa." Ujar zidan.
"Baiklah ayo."jawabku.
Aku pun memberanikan diri untuk mencalonkan diri dan aku pun mengisi formulir itu bersama dengan Zidan, Tak lupa kami pun membuat visi dan misi.
Keesokan harinya kami semua yang mencalonkan diri dikumpulkan di lapang pada saat apel dan disuruh untuk mengucapkan visi dan misi masing-masing dan mengambil urutan calon, aku akan bersaing dengan 2 calon lainnya.
"Kita dapat nomor urut ke-3 zidan." Ujarku.
"Bagus agar kita bisa melihat visi dan misi dari calon yang lainnya dulu." Jawab zidan.
Waktu debat dan pemilihan pun tiba, aku dan Zidan sepertinya tidak terlalu dipercayai oleh sekolah untuk memimpin hanya karena kami tidak terlalu dekat dengan guru padahal kami sudah melakukan yang terbaik.
"Kita umumkan nilai voting dari masing-masing calon. Nomor urut 1, 30 suara. Nomor urut 2, 21 suara. Nomor urut 3, 11 suara. Penghitungan suara MPK berakhir dan dimenangkan oleh nomor urut 1. Selamat kepada Nomor urut 1, Semoga kedepannya lebih amanah."-MC.
Sudah kuduga aku tak memenangkannya Dila lah yang memenangkannya dia adalah siswa rangking-1 terus menerus tapi tidak apa, mungkin ini pengalaman buatku.
"Selamat ya Dila." Ucapku kepada Dila.
"Iya, terimakasih Andre. Ngomong-ngomong kamu jadi Sekretaris ku ya." Kata Dila.
"Loh, kok aku kenapa?" tanyaku.
"Ya karena kamu yang aku percaya." Jawab Dila.
"Baiklah, terimakasih Dilan sudah mempercayaiku." Jawabku.
...
Kelas 9 pun tak terasa aku dan teman-temanku sudah makin dekat, aku pun melupakan masa lalu-masa lalu ku yang bisa dibilang kelam. Kini aku hanya berfokus pada masa kini dan sebentar lagi pun hari kelulusan tak terasa bahwa waktu itu begitu cepat. Kini aku dan teman-temanku mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US).
"Andre nanti SMA mau kemana?" tanya sahabatku Pratama.
"Mungkin yang deket saja ma soalnya sekarang kan sistemnya zonasi. Kalau kamu mau kemana ma?" ujarku.
"Ohh sepertinya aku akan ke Batavia ndre."
"Wah mantap itu kota yang jauh, ada saudara kamu disana?"tanyaku.
"Ada ndre."
"Pasti kita ga akan bertemu lagi ya nanti ma." Ucapku.
Ya setiap orang pasti punya tujuan dan jalan hidupnya masing-masing. Cita-cita yang tinggi dan ambisi untuk terus berusaha agar sukses.
UN dan US pun dilewati dan hari perpisahan pun tiba sebenarnya sebenarnya perpisahan ini biasa saja tidak perlu sesedih mungkin. Tapi mungkin ada sedihnya karena teman dan sahabat yang kita kenal pada saat ini telah berpisah dengan kita.
Aku pun menulis sebuah kata untk diriku sendiri padahal aku tidak pandai untuk merangkai kata.
Setiap orang memiliki masa lalu, jadikan kisah masa lalumu sebagai guru untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Rasakan masa lalu agar dirimu kuat dimasa depan. Memang masa lalu menyakitkan tapi terkadang menjadi pembelajaran.
Itulah kata-kata buatan ku sendiri yang kurasakan selama ini dan juga yang menutup kisah ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H