Rizieq Shihab (RS) megatakan bahwa teroris di Indonesia tidak ada, yang ada hanya rekayasa Polisi atau Brimob. Demikian juga Himma Dewiyana Lubis (warga Sumut) mengatakan bom di Gereja Surabaya hanya pengalihan issu.
Bagaimana HR mengatakan demikian? Coba kita cermati aksi peledakan bom yang dilakukan Puji Kuswati saat melakukan aksi bom diri ke Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, Surabaya, Minggu (13/5/2018) tetap luar biasa dan super nekad. Sebab dia membawa serta dua putrinya, Fadhila Sari, (12) dan Famela Rizqita (9). Itu sudah membuktikan aksi teroris yang terlebih dahulu terjerumus paham radikalisme.
Dari asfek filosofi berfikir, ujaran yang dilontarkan oleh HR dan pihak lain bahwa teroris di Indonesia tidak ada sesungguhnya mencerminkan 3 hal (point), pertama gambaran alam fikir bahwa aksi pembunuhan /pengeboman bukan sesuatu yang luar biasa jahat, kedua adalah menggambarkan mereka telah masuk faham/ideologi radikal dan ketiga mendukung dan melindungi pelaku aksi terorisme.
Atas panggilan moril akademis, saya harus menyampaikan bahwa kondisi sekarang adalah darurat teroris dimana masyarakat Indonesia tidak lagi dihadapkan pada ancaman tetapi tengah mengalami serangan terorisme. Hak untuk hidup dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 harus ditegakkan.
---- 000000 ----
Â
By: Baron Sugeng N H, Peneliti Sosbud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H